Minggu, 04 Januari 2009

Fathimah Azzahra as

Nama : Fathimah

Gelar : Az-Zahra

Julukan : Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’, al-‘Alamin, Ummu Abiha

Ayah : Muhammad Rasulullah saww

Ibu : Khadijah al-Kubra

Tempat/Tgl Lahir : Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani

Hari/Tgl Wafat : Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H

Umur : 18 Tahun

Makam : ???

Jumlah Anak : 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan

Laki-laki : Hasan dan Husein

Perempuan : Zainab dan Ummu Kaltsum

Riwayat Hidup

Di antara anak wanita Rasulullah saww, Fathimah Az-Zahra a.s, merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:

"Pada waktu kelahiran Fartimah a.s, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishhaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah a.s lahir."

Menginjak usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Sehingga otomatis beliau mengantikan posisi ibunya dalm melayani, membantu dan memebela Rasulullah saww, sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalm usia yang masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam uji coba. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuakn keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata kearena melihat penderitaan yang dialalmi ayahnya.

Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepatnya pada tanggal 1 dzulhijjah, hari jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.

Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan serta sebagai pendididk terbaik telah berhasil mendidik anak-anaknya.

Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah saww. Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata: " Aku tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah saww seperti Fathimah as. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira dan menggandengnya lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan beliau saww".

Tidak heran, jika setelah kepergian baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah saww tapi juga beliau melihat kelakukan umat sesudahnnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.

Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian Rasulullah saww tidak penah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".

M.H. Shakir berbependapat: "Wafat Rasulullah saww sangat mempengaruhinya, ia sangat sedih, berduka dan tangis hatinya memekik sepanjang masa. Sayang sekali, setelah wafat nabi, pemerintah mengambil alih tanah fadak dan menyerahkannya sebagai milik negara".

Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.

Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang massa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.

Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:

1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.

2. Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.

3. Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.

Fathimah Az-Zahra ," Putri bungsu Rasulullah saww, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambrakan keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya. DR. Ali Syariati memberikan komentar tentang Fathimah: " Saya akan bangga dan hendak mengatakan , "Fathimah a.s adalah putri Khadijah yang besar". Saya rasa itu bukan Fathimah a.s. Saya hendak mengatakan," Fathimah a.s adalah putri Rasulullah saww. Saya rasa itu bukan juga Fathimah. Saya hendak mengatakan, "Fathimah a.s adalah istri Ali. Saya rasa itu juga bukan Fathimah A.s. Saya hendak mengatakan Fathimah a.s adalah ibunda Zainab. Saya masih merasa itu bukan Fathimah a.s. Tidak, semua itu benar tetapi tak satupun yang menggambarkan Fathimah a.s yang sesungguhnya. "Fathimah a.s adalah Fathimah a.s."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar