Rabu, 27 Mei 2009

“Pesta Taklif” vs “Sweet Seventeen Party”


DSC00895

Dalam fikih Islam, perempuan yang memasuki usia 9 tahun atau mengalami haid, diperlakukan sebagai wanita dewasa dan menanggung seluruh beban hukum yang dikenal dengan mukallaf.

18

Dalam masyarakat Islam, sperti Iran, Irak dan Pakistan, ada sebuah tradisi baik yang dikenal dengan “wisuda taklif” atau “pesta taklif”. Dalam acara itu, wisudawati didaulat sebagai putri atau ratu sehari dengan mengenakan pakaian islami secara sempurna, mulai dari jilbab dan seperangkat alat shalat.


Dalam acara yang dihadiri oleh rekan-rekan sebaya dan para orang tua itu, wisudawati akan diperkenalkan kepada khalayak sebagai seorang wanita muslimah dewasa yang mesti diperlakukan sebagai non muhrim bagi mereka yang tidak memiliki hubungan keluarga, termasuk sepupu, ipar, teman-teman dan sebagainya.

wisuda dan pesta taklif

Tidak hanya itu, dalam keluarga yang mampu secara finansial, wisudawati pada acara itu juga secara simbolik diberi kunci kamar yang telah ditata rapi dan diperbarui, sebagai pertanda bahwa ia memiliki hak untuk memiliki privasi dan ruang pribadi bagi siapapun, termasuk ibu dan ayahnya.


Biasanya, dalam acara meriah itu, didatangkan seorang narasumber semacam ustadzah yang memberikan pencerahan tentang kedudukan wanita muslimah dan tanggungjawabnya sebagai mukallaf, terutama sekali mengenai hukum fikih khusus wanita, seperti haid, nifas, najis, kemuhriman dan sebagainya. Di Iran, bahkan kadang wisuda taklif diselenggarakan secara massal dipimpin oleh ulama terkemuka.

8709263

Sayangnya, di dunia lain tradisi itu tidak ada karena memang agama dan terutama fikih tidak mendapatkan perhatian proporsional. Malah sebaliknya, orangtua terlihat bangga bila putrinya mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis tanpa ikatan syar’i apapun. Yang lebih memprihatinkan lagi, pesta hura-hura diadakan saat putrinya menginjak usia 17 tahun (yang kini poopuler dengan sweet seventeen party), ketika segala bentuk pertahanan moral dan agama tidak ada lagi, atau hanya menyisakan puing-puingnya.

DSC00409

Karena itu, tidak dianjurkan memaksa anak perempuan yang belum mencapai usia balig untuk mengenakan jilbab kecuali sesekali atau bila dikehendaki secara sukarela atau demi alasan pembiasaan.


Pesta taklif atau wisuda balig ini layak ditradisikan di Indonesia dengan memperhatikan ciri khas kultur keagamaan di Indonesia dan daerah, misalnya diselenggarakan dengan mukadimah pembacaan maulid atau burdah atau teks doa-doa populer lainnya. Akan lebih meriah secara spiritual bila diadakan di masjid atau panti asuhan yatim dengan tumpeng.

Selasa, 19 Mei 2009

Mushaf Fatimah, Quran Syiah..?? Emang bener???


Mushaf Fatimah

Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka..

Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.

Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama puritan yang 'sangat berani' mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah Saww.

Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum takhfiri saja.

Inilah Hadith yang menjadi 'alat' kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)

Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.

Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.

Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.

Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran? Jawabannya adalah:

  1. Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
  2. Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
  3. Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki keyakinan seperti apalagi dirinya.
  4. Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam bentuk sebuah buku. Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran. Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan yang isinya adalah pembicaraan malaikat Jibril kepada Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.

Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.

Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran dan tidak satu kata pun, namun dari sisi kandungan dan topik, kendati satu kata pun dari dhahirnya al-Quran tidak tampak di sana.

Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:

Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.

Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.

Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.

Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata:

“Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.

Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: "Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.

Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:

“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin - dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?

Para malaikat menjawab: "Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir"

Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:

1. Maryam; ibu Nabi Isa as.

2. Istri Imran; ibu Nabi Musa

3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.

4. Sayyidah Fathimah as.

Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.

Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”

Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.

Munculnya Mushaf Fathimah

Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as

Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.

Imam menjelaskan kandungannya:

  1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
  2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
  3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
  4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
  5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
  6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
  7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
  8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
  9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
  10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
  11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
  12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
  13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
  14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.

Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.

Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af.

[ Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as ]
[ Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia ]

Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
  • Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
  • Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
  • Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
  • Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
  • Ibid.
  • Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
  • Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157. Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80. jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
  • Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
  • Ibid, hal 292.

Detik Detik Kehidupan Ummu Zahro As Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Ter

Detik Detik Kehidupan Ummu Zahro As


Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As..

Lepas seminggu lalu Beliau AS menemui "sang Khalifah Musyawarah" di masjid Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad (SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya..

Kala itu beliau menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu...
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada Pemiliknya..

Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka... dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas..
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya AS..

Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak mengobatinya..


Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ' siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku...' (bukhari) . Namun sayang, kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima mereka-

Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada mereka..

Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah.....

Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS...

Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata Suci washi Nabi, Belahan jiwa... Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya

“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,

Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”

Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku,

Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”

Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,

Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”

Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.

“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”.

Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.

Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”.

Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.

“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,

Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,

Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.

Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.

Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,

Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.

Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”

Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.

Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.

Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:

“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.

“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,

Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.

Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.

Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,

Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.

Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,

Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,

Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.

Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.

Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,

“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.

Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,

Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:

“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”

Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”

Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?

Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.

Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.

Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.

Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.

“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.

Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?

Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”

Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…

Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,

Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,

Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.

Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.

Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya

Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.

Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as

Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.


Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….

Sebuah riwayat mengatakan :

Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau alaihassalam..

Terdengar suara tanpa wujud…

"Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…"

Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww...

Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah...
Salam rindu kamu wahai sirrullah..

Minggu, 10 Mei 2009

Foto-foto haul Sayidah Fatimah azzahra II

Ya Zahro........Ya Mazlum.............

Salam Bagimu Ya putri Rasulillah

Kata Sambutan Panitia Haul Habib Hamid Al Idrus Martapura


Kalam Illahi Ustadz Ach. Riadi

Foto-foto haul Sayidah Fatimah azzahra

Syair-syair/ pembacaan Maktam Habib Sulaiman Al Idrus


Ustadz Hidayat Al Habsy dari Bangil Jawa Timur


Khusyu' dengar tausyiah


Doa Ziarah Ust. Busairi Hurian Fahmi, MC Wahyudinnoor Arifin, SH


Habib Abdullah al Hamid...Doa Penutup.........


Akhina Safwan, Habib Abdillah Alkaff and Arrisallah members...........


Bang Yusri, habib Dimyati Assegaf.........

Habib Abdullah al Hamid, Habib penasehat Rabithah, Ustadz Hidayat al Habsy

Pa Sudadi, pa Basuki and all the crew ( white dress Lurah Pelaihari )

Jumat, 08 Mei 2009

Kontes Kecantikan Moral “Sunni-Syiah”


70322_khadra_al_mubarak__penyelenggara_kontes__putri_kecantikan_moral_

Sukaina al-Zayer tidak seperti peserta kontes ratu kecantikan di negara-negara lain. Dia memakai burqa – jubah yang menutupi tubuh dari ujung kepala hingga kaki – berwarna hitam.

Orang lain sulit menerka seperti apa sebenarnya penampilan fisik Sukaina karena hanya sepasang matanya saja yang bisa terungkap. Sukaina mengaku bahwa dia sedikit gemuk.

Namun di Arab Saudi, penampilan sempurna dan wajah cantik tidak penting bagi juri dalam memberi penilaian bagi para kontestan “Putri Kecantikan Moral.”

Dalam kontes tersebut, yang dinilai adalah kesetiaan dan penghormatan kepada orang tua, bukan lenggak lenggok seksi yang menampilkan aurat seperti kontes di negara-negara Barat.

“Ide kontes putri kecantikan ini adalah untuk menilai komitmen kontestan terhadap moralitas dalam Islam. Ini adalah sebuah alternatif atas sebutan kemerosotan di kontes kecantikan lain yang hanya memperhitungkan penampilan dan tubuh perempuan,” kata penggagas kontes kecantikan moral, Khadra al-Mubarak. “Pemenangnya tidak perlu cantik,” tambah Khadra. “Kami peduli pada kecantikan jiwa dan moral.”

Saat kontes dibuka pada Sabtu pekan ini, 9 Mei 2009, sebanyak hampir 200 kontestan akan menghabiskan sepuluh pekan dengan mengikuti beberapa kelas dan diuji dengan berbagai tema – diantaranya “Menemukan kekuatan dari dalam”, “Menjadi pemimpin”, dan “Ibu, surga berada di telapak kakimu.”

Para calon ratu kecantikan moral itu juga akan meluangkan waktu sehari penuh dengan ibu mereka di rumah. Di situ, mereka akan dinilai oleh hakim perempuan tentang interaksi mereka dengan orang yang melahirkan mereka. Karena kontes ini tidak ditayangkan di televisi dan tidak ada satu pria pun yang dilibatkan, maka para kontestan bisa menanggalkan jubah dan jilbab mereka.

Kontes putri kecantikan moral di Arab Saudi ini tahun ini memasuki tahun kedua. Jumlah peserta tiga kali lebih banyak dibandaing tahun 2008 yang hanya diikuti 75 peserta. Kontes terbuka untuk perempuan berusia 15 hingga 25 tahun. Pemenang dan dua runner up akan diumumkan pada Juli. “Ratu Kecantikan Moral” akan membawa pulang US$ 2.600 dan hadiah lain. Masing-masing runner up akan mendapat US$ 1.300.

Pemenang kontes tahun lalu, Zahra al-Shurafa, mengatakan bahwa kontes moral ini memberi manfaat bagi perempuan dan remaja perempuan untuk lebih menghormati dan menghargai orang tua. “Saya bilang ke kontestan tahun ini bahwa menjadi pemenang tidak penting,” kata Zahra, mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. “Yang penting adalah mematuhi orang tua kalian,” lanjut perempuan 21 tahun ini.

Kontes kecantikan moral tahun ini pertama dibuka Sabtu lalu di kota Safwa, yang mayoritas beragama Islam Shia. Banyak perempuan muslim Shia yang menjadi kontestanm tetapi kontes ini terbuka bagi siapa saja. Tahun ini, 15 warga Islam Suni juga ikut serta. “Ini adalah sesuatu yang indah,” kata Khadra. (vivanews)

Detik Detik Kehidupan Ummu Zahro As



Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As..

Lepas seminggu lalu Beliau AS menemui "sang Khalifah Musyawarah" di masjid Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad (SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya..

Kala itu beliau menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu...
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada Pemiliknya..

Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka... dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas..
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya AS..

Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak mengobatinya..


Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ' siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku...' (bukhari) . Namun sayang, kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima mereka-

Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada mereka..

Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah.....

Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS...

Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata Suci washi Nabi, Belahan jiwa... Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya

“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,

Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”

Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku,

Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”

Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,

Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”

Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.

“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”.

Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.

Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”.

Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.

“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,

Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,

Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.

Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.

Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,

Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.

Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”

Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.

Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.

Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:

“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.

“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,

Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.

Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.

Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,

Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.

Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,

Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,

Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.

Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.

Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,

“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.

Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,

Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:

“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”

Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”

Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?

Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.

Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.

Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.

Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.

“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.

Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?

Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”

Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…

Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,

Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,

Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.

Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.

Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya

Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.

Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as

Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.


Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….

Sebuah riwayat mengatakan :

Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau alaihassalam..

Terdengar suara tanpa wujud…

"Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…"

Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww...

Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah...
Salam rindu kamu wahai sirrullah..