Jumat, 12 Juni 2009

Memperlambat Terjadinya Penuaan



Pesan tidak lanjut

Menjadi Tua adalah suatu hal yang tidak bisa terelakkan bagi manusia bahkan bagi mahluk hidup yang berada di muka bumi ini,Proses penuaan juga tidak dapat di hindari,Manusia mengalami penuaan terlihat jelas pada bentuk fisik dan psikis orang tersebut,dari ciri-ciri fisik kita bisa mengatakan bahwa seseorang telah berumur Tua atau orang tersebut sudah tua,dilihat dari Kulit yang keriput semakin tahun semakin terlihat,Rambut sudah pada Ubanan,kekuatan fisdikpun sudah melemah! Tahukah anda sekalian bahwa setiap hari manusia membentuk sekitar 15.000 garis ekspresi pada wajah.


Setiap kali seseorang merasa sedih, senang, marah, takut, gelisah, dan lain sebagainya, otot-otot wajah akan berkontraksi membentuk garis-garis ekspresi sesuai perasaan tersebut.dan garis-garis tersebut dipengaruhi juga dari pola hidup dan iklim dimana kita tinggal.

Normalnya, otot wajah akan kembali ke posisi semula dan kerutan-kerutan tersebut akan menghilang dengan sendirinya. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, tingkat elastisitas kulit dan mekanisme kerja otot menurun dan melemah, sehingga terbentuk garis/kerutan secara nyata dan permanen pada wajah meskipun otot tidak berkontraksi. hal ini dialami oleh semua manusia

Menurut dr. Tince, salah seorang skin expert Biokos, penuaan merupakan suatu proses alami yang terjadi pada setiap orang seiring dengan pertambahan usia (lamanya Hidup didunia). Sebenarnya, gejala penuaan sudah terjadi sejak seseorang berusia 20 tahun, dan akan semakin nyata ketika menginjak usia 30 tahun, yang ditandai dengan munculnya kerutan serta kadang-kadang terdapat flek-flek samar pada wajah.
Dr. Tince mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan. Pertama, faktor internal, yaitu masalah genetik karena berkurangnya produksi kolagen di dalam tubuh. Kedua, faktor eksternal, yakni akibat paparan sinar UV, udara, pola hidup, serta lingkungan yang tidak baik.

Untuk mencegah penuaan dini atau proses penuaan yang lebih cepat dari proses wajar, ia menyarankan agar seseorang mulai rajin merawat kulit sejak berusia 15 tahun sering membersihkan permukaan kulit dari segala kotoran yang menempel dan menjaga kesehatan kulit wajah. Selain itu, dr. Tince juga menganjurkan penggunaan krim antiaging untuk menghambat proses penuaan yang terjadi di permukaan kulit.

Berikut ini adalah beberapa langkah perawatan kulit yang sebaiknya dilakukan oleh setiap perempuan setiap hari:

1. Bersihkan kulit wajah dan leher menggunakan cleanser dengan gerakan sapuan dari bawah ke atas, pijat perlahan permukaan kulit menggunakan ujung-ujung jari. Jangan lupa, gunakan pembersih wajah yang sesuai dengan tipe kulit.

2. Tepuk muka dengan kapas yang telah diberi toner. Langkah ini berguna untuk mempersiapkan wajah sebelum menerima nutrisi.

3. Aplikasikan serum antiaging secara merata ke kulit wajah, kemudian pijat secara lembut.

4. Oleskan moisturizer ke kulit wajah, lalu lakukan kembali gerakan pijat ringan hingga moisturizer terserap sempurna.

5. Minum banyak air putih untuk membantu proses redegenerasi kulit, dan jalani pola hidup sehat
semoga bermanfaat!!!

Rabu, 27 Mei 2009

“Pesta Taklif” vs “Sweet Seventeen Party”


DSC00895

Dalam fikih Islam, perempuan yang memasuki usia 9 tahun atau mengalami haid, diperlakukan sebagai wanita dewasa dan menanggung seluruh beban hukum yang dikenal dengan mukallaf.

18

Dalam masyarakat Islam, sperti Iran, Irak dan Pakistan, ada sebuah tradisi baik yang dikenal dengan “wisuda taklif” atau “pesta taklif”. Dalam acara itu, wisudawati didaulat sebagai putri atau ratu sehari dengan mengenakan pakaian islami secara sempurna, mulai dari jilbab dan seperangkat alat shalat.


Dalam acara yang dihadiri oleh rekan-rekan sebaya dan para orang tua itu, wisudawati akan diperkenalkan kepada khalayak sebagai seorang wanita muslimah dewasa yang mesti diperlakukan sebagai non muhrim bagi mereka yang tidak memiliki hubungan keluarga, termasuk sepupu, ipar, teman-teman dan sebagainya.

wisuda dan pesta taklif

Tidak hanya itu, dalam keluarga yang mampu secara finansial, wisudawati pada acara itu juga secara simbolik diberi kunci kamar yang telah ditata rapi dan diperbarui, sebagai pertanda bahwa ia memiliki hak untuk memiliki privasi dan ruang pribadi bagi siapapun, termasuk ibu dan ayahnya.


Biasanya, dalam acara meriah itu, didatangkan seorang narasumber semacam ustadzah yang memberikan pencerahan tentang kedudukan wanita muslimah dan tanggungjawabnya sebagai mukallaf, terutama sekali mengenai hukum fikih khusus wanita, seperti haid, nifas, najis, kemuhriman dan sebagainya. Di Iran, bahkan kadang wisuda taklif diselenggarakan secara massal dipimpin oleh ulama terkemuka.

8709263

Sayangnya, di dunia lain tradisi itu tidak ada karena memang agama dan terutama fikih tidak mendapatkan perhatian proporsional. Malah sebaliknya, orangtua terlihat bangga bila putrinya mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis tanpa ikatan syar’i apapun. Yang lebih memprihatinkan lagi, pesta hura-hura diadakan saat putrinya menginjak usia 17 tahun (yang kini poopuler dengan sweet seventeen party), ketika segala bentuk pertahanan moral dan agama tidak ada lagi, atau hanya menyisakan puing-puingnya.

DSC00409

Karena itu, tidak dianjurkan memaksa anak perempuan yang belum mencapai usia balig untuk mengenakan jilbab kecuali sesekali atau bila dikehendaki secara sukarela atau demi alasan pembiasaan.


Pesta taklif atau wisuda balig ini layak ditradisikan di Indonesia dengan memperhatikan ciri khas kultur keagamaan di Indonesia dan daerah, misalnya diselenggarakan dengan mukadimah pembacaan maulid atau burdah atau teks doa-doa populer lainnya. Akan lebih meriah secara spiritual bila diadakan di masjid atau panti asuhan yatim dengan tumpeng.

Selasa, 19 Mei 2009

Mushaf Fatimah, Quran Syiah..?? Emang bener???


Mushaf Fatimah

Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka..

Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.

Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama puritan yang 'sangat berani' mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah Saww.

Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum takhfiri saja.

Inilah Hadith yang menjadi 'alat' kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)

Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.

Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.

Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.

Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran? Jawabannya adalah:

  1. Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
  2. Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
  3. Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki keyakinan seperti apalagi dirinya.
  4. Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam bentuk sebuah buku. Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran. Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan yang isinya adalah pembicaraan malaikat Jibril kepada Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.

Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.

Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran dan tidak satu kata pun, namun dari sisi kandungan dan topik, kendati satu kata pun dari dhahirnya al-Quran tidak tampak di sana.

Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:

Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.

Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.

Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.

Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata:

“Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.

Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: "Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.

Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:

“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin - dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?

Para malaikat menjawab: "Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir"

Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:

1. Maryam; ibu Nabi Isa as.

2. Istri Imran; ibu Nabi Musa

3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.

4. Sayyidah Fathimah as.

Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.

Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”

Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.

Munculnya Mushaf Fathimah

Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as

Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.

Imam menjelaskan kandungannya:

  1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
  2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
  3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
  4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
  5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
  6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
  7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
  8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
  9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
  10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
  11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
  12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
  13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
  14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.

Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.

Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af.

[ Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as ]
[ Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia ]

Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
  • Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
  • Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
  • Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
  • Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
  • Ibid.
  • Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
  • Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157. Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80. jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
  • Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
  • Ibid, hal 292.

Detik Detik Kehidupan Ummu Zahro As Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Ter

Detik Detik Kehidupan Ummu Zahro As


Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As..

Lepas seminggu lalu Beliau AS menemui "sang Khalifah Musyawarah" di masjid Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad (SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya..

Kala itu beliau menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu...
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada Pemiliknya..

Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka... dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas..
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya AS..

Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak mengobatinya..


Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ' siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku...' (bukhari) . Namun sayang, kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima mereka-

Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada mereka..

Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah.....

Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS...

Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata Suci washi Nabi, Belahan jiwa... Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya

“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,

Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”

Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku,

Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”

Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,

Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”

Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.

“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”.

Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.

Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”.

Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.

“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,

Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,

Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.

Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.

Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,

Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.

Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”

Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.

Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.

Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:

“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.

“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,

Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.

Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.

Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,

Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.

Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,

Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,

Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.

Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.

Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,

“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.

Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,

Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:

“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”

Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”

Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?

Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.

Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.

Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.

Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.

“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.

Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?

Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”

Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…

Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,

Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,

Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.

Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.

Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya

Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.

Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as

Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.


Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….

Sebuah riwayat mengatakan :

Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau alaihassalam..

Terdengar suara tanpa wujud…

"Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…"

Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww...

Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah...
Salam rindu kamu wahai sirrullah..

Minggu, 10 Mei 2009

Foto-foto haul Sayidah Fatimah azzahra II

Ya Zahro........Ya Mazlum.............

Salam Bagimu Ya putri Rasulillah

Kata Sambutan Panitia Haul Habib Hamid Al Idrus Martapura


Kalam Illahi Ustadz Ach. Riadi

Foto-foto haul Sayidah Fatimah azzahra

Syair-syair/ pembacaan Maktam Habib Sulaiman Al Idrus


Ustadz Hidayat Al Habsy dari Bangil Jawa Timur


Khusyu' dengar tausyiah


Doa Ziarah Ust. Busairi Hurian Fahmi, MC Wahyudinnoor Arifin, SH


Habib Abdullah al Hamid...Doa Penutup.........


Akhina Safwan, Habib Abdillah Alkaff and Arrisallah members...........


Bang Yusri, habib Dimyati Assegaf.........

Habib Abdullah al Hamid, Habib penasehat Rabithah, Ustadz Hidayat al Habsy

Pa Sudadi, pa Basuki and all the crew ( white dress Lurah Pelaihari )

Jumat, 08 Mei 2009

Kontes Kecantikan Moral “Sunni-Syiah”


70322_khadra_al_mubarak__penyelenggara_kontes__putri_kecantikan_moral_

Sukaina al-Zayer tidak seperti peserta kontes ratu kecantikan di negara-negara lain. Dia memakai burqa – jubah yang menutupi tubuh dari ujung kepala hingga kaki – berwarna hitam.

Orang lain sulit menerka seperti apa sebenarnya penampilan fisik Sukaina karena hanya sepasang matanya saja yang bisa terungkap. Sukaina mengaku bahwa dia sedikit gemuk.

Namun di Arab Saudi, penampilan sempurna dan wajah cantik tidak penting bagi juri dalam memberi penilaian bagi para kontestan “Putri Kecantikan Moral.”

Dalam kontes tersebut, yang dinilai adalah kesetiaan dan penghormatan kepada orang tua, bukan lenggak lenggok seksi yang menampilkan aurat seperti kontes di negara-negara Barat.

“Ide kontes putri kecantikan ini adalah untuk menilai komitmen kontestan terhadap moralitas dalam Islam. Ini adalah sebuah alternatif atas sebutan kemerosotan di kontes kecantikan lain yang hanya memperhitungkan penampilan dan tubuh perempuan,” kata penggagas kontes kecantikan moral, Khadra al-Mubarak. “Pemenangnya tidak perlu cantik,” tambah Khadra. “Kami peduli pada kecantikan jiwa dan moral.”

Saat kontes dibuka pada Sabtu pekan ini, 9 Mei 2009, sebanyak hampir 200 kontestan akan menghabiskan sepuluh pekan dengan mengikuti beberapa kelas dan diuji dengan berbagai tema – diantaranya “Menemukan kekuatan dari dalam”, “Menjadi pemimpin”, dan “Ibu, surga berada di telapak kakimu.”

Para calon ratu kecantikan moral itu juga akan meluangkan waktu sehari penuh dengan ibu mereka di rumah. Di situ, mereka akan dinilai oleh hakim perempuan tentang interaksi mereka dengan orang yang melahirkan mereka. Karena kontes ini tidak ditayangkan di televisi dan tidak ada satu pria pun yang dilibatkan, maka para kontestan bisa menanggalkan jubah dan jilbab mereka.

Kontes putri kecantikan moral di Arab Saudi ini tahun ini memasuki tahun kedua. Jumlah peserta tiga kali lebih banyak dibandaing tahun 2008 yang hanya diikuti 75 peserta. Kontes terbuka untuk perempuan berusia 15 hingga 25 tahun. Pemenang dan dua runner up akan diumumkan pada Juli. “Ratu Kecantikan Moral” akan membawa pulang US$ 2.600 dan hadiah lain. Masing-masing runner up akan mendapat US$ 1.300.

Pemenang kontes tahun lalu, Zahra al-Shurafa, mengatakan bahwa kontes moral ini memberi manfaat bagi perempuan dan remaja perempuan untuk lebih menghormati dan menghargai orang tua. “Saya bilang ke kontestan tahun ini bahwa menjadi pemenang tidak penting,” kata Zahra, mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. “Yang penting adalah mematuhi orang tua kalian,” lanjut perempuan 21 tahun ini.

Kontes kecantikan moral tahun ini pertama dibuka Sabtu lalu di kota Safwa, yang mayoritas beragama Islam Shia. Banyak perempuan muslim Shia yang menjadi kontestanm tetapi kontes ini terbuka bagi siapa saja. Tahun ini, 15 warga Islam Suni juga ikut serta. “Ini adalah sesuatu yang indah,” kata Khadra. (vivanews)

Detik Detik Kehidupan Ummu Zahro As



Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As..

Lepas seminggu lalu Beliau AS menemui "sang Khalifah Musyawarah" di masjid Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad (SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya..

Kala itu beliau menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu...
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada Pemiliknya..

Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka... dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas..
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya AS..

Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak mengobatinya..


Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ' siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku...' (bukhari) . Namun sayang, kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima mereka-

Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada mereka..

Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah.....

Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS...

Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata Suci washi Nabi, Belahan jiwa... Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya

“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,

Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”

Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku,

Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”

Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,

Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”

Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.

“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”.

Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.

Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”.

Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.

“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,

Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,

Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.

Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.

Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,

Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.

Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”

Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.

Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.

Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:

“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.

“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,

Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.

Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.

Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,

Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.

Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,

Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,

Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.

Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.

Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,

“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.

Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,

Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:

“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”

Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”

Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?

Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.

Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.

Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.

Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.

“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.

Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?

Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”

Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…

Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,

Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,

Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.

Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.

Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya

Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.

Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as

Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.


Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….

Sebuah riwayat mengatakan :

Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau alaihassalam..

Terdengar suara tanpa wujud…

"Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…"

Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww...

Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah...
Salam rindu kamu wahai sirrullah..

Rabu, 22 April 2009

Hari Kartini...????




Kontroversi Kartini Kita

Pada setiap tahun menjelang 21 April, kita selalu diingatkan akan hari lahir seorang pahlawan perempuan yang memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini ( Lahir di Jepara, 21 April 1879 – Wafat di Rembang, 17 September 1904). Pada tanggal tersebut kita selalu disuguhi dengan perayaan dan peringatan yang berkenaan dengan beliau, Seminar Keperempuan, Lomba Peragaan Busana Nasional, Parade Anak-Anak Putri berpakaian Kebaya, dll. Kepahlawanan RA Kartini sungguh terpatri di benak setiap perempuan Indonesia, tak ada yang meragukannya. Pemikirannya yang tertuang dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang menjadi bukti bagaimana ‘perjuangan; beliau mengangkat harkat dan martabat kaumnya. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengaburkan makna sejarah dari perjuangan beliau, tulisan ini hanya upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dalam memaknai perjuangan beliau.

Raden Ajeng Kartini hanya sempat menjalani hidup teramat singkat, 25 tahun. Pada 17 September 1904, ketika melahirkan putra pertamanya, pahlawan penggerak emansipasi wanita itu meninggal dunia. Namun, hidup yang teramat singkat itu mampu menjadi inspirasi selama 100 tahun bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk bangkit memposisikan harkat, martabat dan karya nya. Melalui surat-suratnya kepada para sahabatnya di Eropa yang dikumpulkan dalam bentuk buku berjudul Door Duisternis tot Licht yang artinya Habis Gelap Terbitlah Terang oleh Mr. J.H. Abendanon, pikiran dan pandangan Kartini dituturkan demi untuk memajukan nasib perempuan Jawa agar memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Pikiran dan pandangan Kartini kemudian menjadi sumber inspirasi dan motivasi pergerakan kebangsaan nasional kala itu, tidak saja bagi kaum perempuan.

Hampir seabad setelah Kartini meninggal, kaum perempuan sudah bisa menunjukkan eksistensi dan dominasi nya di segala bidang. Sudah sangat jarang terdengar perempuan yang hidup dalam kungkungan; tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Kalaupun ada, itu hanya karena faktor ekonomi semata yang diusung keluarganya. Terkadang perempuan bisa menjadi kekuatan penyeimbang dan pengontrol akan kebijakan dan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah, karena jelajah kemampuan nya yang bisa memahami semua aspek hidup. Belumlagi secara kuantitas, perempuan menjadi obyek politik yang cukup signifikan untuk meraup suara. Yang mungkin akan menjadi hambatan hanyalah tatkala mereka berhadapan dengan kekuatan ekonomi, sosial dan politik, hal yang sama juga dialami oleh kaum lelaki.

Namun siapa sebenarnya sosok RA Kartini yang sering disebut-sebut itu? Ibarat adagium yang diciptakan oleh para penyanyi Seurieus, Pahlawan juga Manusia. Sosok Kartini tak luput dari sisi kontroversial yang dimunculkan oleh pihak2 yang mempertanyakan keotentikan surat-surat Kartini vis a vis orisinalitas pemikirannya. Apakah betul RA Kartini itu mampu mengucurkan pikiran2 avant garde (melampaui zaman nya) saat feodalisme masih mencengkeram kuat dalam struktur sosial Jawa, sementara pendidikan bagi kaum perempuan saat itu sangat langka dan kalaupun ada, terbatas pada pelajaran keterampilan untuk menopang karir rumahtangga nya. Walaupun pada kenyataannya bahwa RA Kartini yang hidup dalam lingkungan ningrat Jawa, mampu memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan Belanda dan melahap literatur-literatur penting hingga umur 12 tahun. Dengan kemampuan bahasa Belanda yang bagus, Kartini belajar banyak hal dari “Barat”: buku-buku sastra dan majalah dibacanya untuk memberikan diskursus mengenai arti modernisme, feminisme dan kebebasan berpikir. Kesempatan untuk belajar di negeri Belanda diperolehnya ketika itu dengan adanya tawaran beasiswa dari pemerintah Kerajaan Belanda, namun budaya aristokrat Jawa juga yang membuatnya tak kuasa melawan arus. Beliau kemudian menjalani ritual perempuan Jawa, dipingit dan dinikahkan. Beasiswa itu kemudian, atas permintaan Kartini, dialihkan ke seorang pemuda cerdas asal Bukittinggi, kelak dikenal sebagai KH Agus Salim.

Berikut ini adalah beberapa kontroversi yang menjadi pertanyaan banyak kalangan akan sosok RA Kartini;

Kontroversi-1. Keaslian pemikiran RA Kartini dalam surat-suratnya diragukan. Ada dugaan bahwa J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda saat itu, melakukan editing atau merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Kita hanya disuguhi tulisan-tulisan yang bersumber dari buku yang diterbitkan oleh Abendanon semata.

Kontroversi-2. RA Kartini dianggap tidak konsiten dalam memperjuangkan pemikiran akan nasib perempuan Jawa. Dalam banyak tulisannya beliau selalu mempertanyakan tradisi Jawa (dan agama Islam) yang dianggap menghambat kemajuan perempuan seperti tak dibolehkan bersekolah, dipingit ketika mulai baligh, dinikahkan dengan laki-laki tak dikenal, menjadi korban poligami. Kartini juga mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah dan tersedia untuk dimadu pula. Namun demikian, bertolak belakang dengan pemikirannya, RA Kartini rupanya menerima untuk dinikahkan (bahkan dipoligami) dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903, pada usia 24 tahun. Pada saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu.

Kontroversi-3. RA Kartini dianggap hanya berbicara untuk ruang lingkup Jawa saja, tak pernah menyinggung suku atau bangsa lain di Indonesia/Hindia Belanda. Pemikiran-pemikirannya dituangkan dalam rangka memperjuangan nasib perempuan Jawa, bukan nasib perempuan secara keseluruhan. Walaupun demikian ide-idenya dianggap menyeluruh secara nasional karena mengandung sesuatu yang universal.

Kontroversi-4. Tidak jelas persinggungan RA Kartini dengan perlawanan melawan penjajahan Belanda seperti umumnya pahlawan yang kita kenal. Tak pernah terlihat dalam tulisan dan pemikirannya adanya keinginan RA Kartini untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda saat itu, apalagi membopong senjata sebagaimana Pahlawan Wanita lainnya seperti; Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Emmy Saelan atau Christina Martha Tiahahu.

Kontroversi-5. Dari sudut pandang sejarah, pemikiran RA Kartini dalam emansipasi wanita lebih bergaung daripada tokoh wanita lainnya asal Sunda, Raden Dewi Sartika, walaupun langkah gerak Dewi Sartika justru lebih progressif. RA Kartini lebih terkenal dengan pemikiran-pemikiran nya, sedang Dewi Sartika tak hanya giat berpikir, tapi juga mengimplementasikan pemikirannya ke gerak nyata dalam masyarakat dengan mendirikan sekolah khusus putri, Sekolah Kaoetamaan Istri pada tahun 1902. So, siapa sebenarnya yang lebih patut untuk dihargai, RA Kartini atau Dewi Sartika? Hanya terbatas pemikiran atau gerak nyata?

Kontroversi-6. Penetapan tanggal kelahiran RA Kartini 21 April sebagai hari besar juga diperdebatkan karena terkesan terlalu melebih-lebihkan sosok beliau, sementara masih ada pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat dengan Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Mereka mengusulkan untuk merayakan Hari Perempuan secara umum pada tanggal 22 Desember.

Namun demikian, terlepas dari berbagai kontroversi diatas, kita tetap harus mengakjui bahwasanya RA Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya.

(dicopy dari http://daengrusle.com/2007/04/21/kontroversi-kartini-kita/)

Jumat, 27 Maret 2009

Fathimah Azzahra binti Muhammad Rasulullah saw

Suatu hari Rasulullah saaw. datang menemui Fathimah as. Ketika itu sang putri mengenakan pakaian dari bulu unta, tangannya sibuk menggiling gandum sementara ia pun menggendong putranya. Air mata sang ayah pun tidak bisa terbendung melihat keadaan putri tercintanya. Rasulullah saaw. berkata lirih : Wahai putriku engkau telah menanggung pahitnya dunia demi manisnya akherat. Sang putripun sambil tersenyum (agung) berkata : wahai utusan Allah, alhamdulillah atas segala kenikmatan Allah dan aku bersyukur atas segala kebaikanNya. Karena Dia telah berfirman: “ Dan TuhanMu pasti akan memberikannya kepadamu dan kamupun akan ridha”

Fathimah as. adalah putri yang sangat di sayangi nabi. Wajah serta sifatnya mirip dengan sang ayah. Ia mendapat bimbingan langsung dari ayah penghulu para nabi yang menjadikanya tumbuh menjadi seorang wanita sempurna. Selain parasnya yang cantik Ia juga memiliki kepribadian yang agung. Akhlak yang mulia, berbudi tinggi, santun dalam bertutur kata, sopan, jujur, penyabar, pandai mejaga diri dan taat beribadah. Walau Fathimah as. adalah putri seorang nabi, ia tidak pernah memanfaatkan kedudukan ayahnya. Ia wanita sederhana, rajin dan sangat berbakti kepada ayahnya. Sepeninggal isrtinya Khadijah, dalam waktu cukup panjang Nabi larut dalam kesedihan. Akan tetapi Fathimah as. mampu mengisi kekosongan sang ibu. Ia bak seorang ibu, mencurahkan semua perhatiannya kepada sang ayah. Ia dengan sabar dan telaten merawat sang ayah, membersihkan tubuh nabi dari kotoran yang dilemparkan musuh-musuh islam, ia pun selalu merawat luka sang ayah, membasuh darah dari luka akibat perang serta menghibur tatkala sang ayah sedih.Fathimah as. adalah satu-satunya putri Nabi saw. Dan kautsar ( pemberian yang besar ) abadi yang di anugrahkan Tuhan (
surat al-kautsar ). Dalam umurnya yang tidak panjnag ( 18 tahun ) ia mampu meraih kesempurnaan iman, kedudukan maknawi dan kepribadian yang unggul. Ia memiliki banyak laqob seperti azzahra (cahayanya yang dhahir dan yang bathin), albatul (tidak mengalami haid), , assiddiqah (ma’shum), arraadhiah wa almardhiah (ridha kepada Allah dan diridhai oleh-Nya), almubaarakah (memiliki keberkahan dalam ilmu, kesempurnaan, mu’jizaat dan anak-anaknya), azzaakiah (kelebihannya dalam kesempurnaan dan kebaikan), althaahirah (bersih dari segala kekurangan), al’aabidah (hamba yang taat), almuhaddatsah (berbicara dengan malaikat), kautsar ( pemberian yang besar ) ( Abu Ja’far Al-Thabari Al-Imammi, Dalalil Al-Imamah hal. 10 )dan lain-lain. Setiap julukan yang dimilikinya menunjukan keutamaan serta jelmaan dari kepribadian tinggi yang tiada tara. Karena ketinggian kedudukan yang dimilikinya, kecintaan dan kebenciannya adalah kecintaan serta kebencian Allah swt., ia memiliki kedudukan syafaat di akherat, ia adalah orang pertama yang akan masuk surga dan surga pun merindukan kehadirannya.
Ketika umur Fathimah as. sudah menginjak dewasa, banyak di kalangan para sahabat yang mencoba untuk menyuntingnya, akan tetapi hanya Ali as. yang beruntung. Rasulullah saw. Menyetujui pasangan ini, upacara pernikahan pun diselenggarakan dengan sederhana namum penuh khidmat. Lain halnya dengan apa yang terjadi di langit keempat. Upacara pernikahan kedua kekasih Allah ini diselenggarakan dengan penuh kemeriahan. Perayaan yang dihadiri oleh para malaikat dengan khutbah yang disampaikan oleh malaikat Rabil, malaikat yang memiliki kefasihan dan keindahan dalam tutur kata. Acarapun di akhiri dengan sambutan malaikat Jibril as. yang membawakan firman Tuhannya : “Alhamdu adalah pujian-Ku, keagungan adalah kebesaran-Ku, segala maklhluk adalah hamba-Ku, Aku nikahkan Fathimah hamba-Ku dengan Ali pilihan-ku, saksikanlah wahai para malaikat” . Sementara di bumi Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh aku adalah manusia seperti kalian, menikah di tengah kalian dan menikhakan kalian, kecuali Fathimah yang pernikahannya turun ( diselenggarakan ) di langit.

Mereka pun hidup bahagia. Di mata Ali as. Fathimah as. adalah sosok istri yang ideal dan sempurna. Mereka menjalani bahtera rumah tangga selama sembilan tahun dan berbuahkan dua orang putra ( Hasan dan Husein ) serta dua putri ( Zainab dan Ummu Kultsum ). Dan seorang putra yang belum sempat terlahir, bernama Muhsin yang meninggal dalam rahim sang ibu.

Keluarga yang indah yang dihiasi oleh cinta dan diikat oleh ketulusan. Fathimah as. selalu setia kepada sang suami baik dalam suka maupun duka. ia tidak pernah menuntut banyak dari Ali as. kehidupan yang sederhana tidak membuat kecintaan diantara mereka menjadi pudar. Keindahan itupun semakin sempurna dengan datangnya putra putri yang shaleh, putra putri buah hati yang lahir dari pasangan suci.

Fathimah as. selalu menemani Ali as. dan siap siaga membantu serta berkhidmat kepada suami tercinta. Di mata Fathimah as. keadaan terdekat seorang istri dengan Tuhan adalah ketika ia berkhidmat kepada suaminya. Dalam salah satu ucapannya Fathimah as. berkata : “keadaan terdekat seorang istri dengan Allah Ta’ala adalah ketika ia memberikan secangkir air kepada suaminya”. Ia menjalankan semua tugas-tugas rumah tangganya dengan rulus dan ikhlas.

Selain itu fathimah as. adalah seorang hamba yang paling taat kepada Allah swt. Seperti yang di nukil oleh Hasan Bashri, ia berkata : “Tidak ada di dunia ini yang paling banyak ibadahnya selian Fathimah as. ia melakukan shalat hingga telapak kakinya membengkak” (Al-Bihar jilid 43 hal. 76 ). Ia juga seorang wanita yang peduli terhadap keadaan ummat. Ia tempil ke muka ketika ia menyaksikan penyimpangan social yang terjadi dikalangan masyarakat. Seperti apa yang terjadi sepeninggal ayahnya, dimana para sahabat sibuk memperbutkan kedudukan dan kepemimpinan sehingga melupakan wasiat-wasiat Nabi saw. Fathimah as. pun bangkit dan pergi menuju masjid, dihadapan kaum muhajirin dan anshar ia menyampaikan khutbahnya dengan tegas yang terkenal dengan ‘khutbah Fadakiah’.

Sepeninggal ayahnya Fathimah as. mengalami penderitaan dan musibah, gangguan fisik dan ruh membuatnya mengalami sakit yang berkepanjangan. Masa-masa pahit ini Ia jalani selama 75 hari. Wanita agung ini mengalami sakit dan lama-kelamaan badannya semakin lemah dan akhirnya pada tanggal 13 jumadil ula ( 3 jumadil ats-stani tahun ke-3 hijriah pada umur 18 tahun Ia pun meninggalkan dunia fana ini.) sesuai wasiat yang Ia sampaikan, Ia dikuburkan pada malam hari dan secara rahasia. Sehingga tidak ada satu pun yang mengetahui dimana tempat kuburannya.

Ketika Fathimah as. sakit parah , Fathimah as. mengundang Ummu Aiman dan Asma binti Umais. Mereka pun masuk ke ruangan sementara Ali as. sedang duduk disampingnya. Fathimah as. berseru kepada Ali as : Wahai anak pamanku sesungguhnya hidupku sudah menemui akhir, Aku tidak ragu lagi bahwa sebentar lagi Aku akan segera menyusul ayahku, ada yang hendak aku wasiatkan kepdamu tentang apa yang ada didalam hatiku. Ali as pun berkata : Sampaikanlah apa yang engkau kehendaki Wahai putri Rasulullah saww. Ali as pun duduk dekat kepala Fathimah as. lalu Fathimah as. berkata: Wahai putra pamanku aku tidak pernah mengingkari janjiku padamu, tidak pernah berkhianat kepadamu, dan tidak pernah menentangmu selama aku hidup bersamamu. Ali as pun lantas berkata : A’udzubillah! Engkau orang yang paling mengetahui Allah swt, paling baik, paling bertaqwa, paling takut kepada Allah swt, mustahil engkau untuk berbuat itu. Sungguh aku sangat sedih karena perpisahan dan kehilangan dirimu, akan tetapi hal itu merupakan ketentuan Allah swt. Dan Allah swt pun melipat gandakan kesidihanku setelah kehilangan Rasulullah saww dan kini akupun harus kehilangan dirimu. Sesungguhnya semua dari Allah swt dan akan kembali kepadaNya. Sungguh ini adalah musibah yang paling besar yang pernah aku alami.

Yang hadir pun tidak kuasa menahan tangis melihat keadaan seperti itu. Ali as meletakkan kepala Fathimah didadanya seraya berkata: sampaikanlah apa yang ingin engkau wasiatkan maka aku siap melakukan semua yang engkau perintahkan kepadaku. Fathimah as pun berkata : semoga Allah swt memberimu balasan yang besar Wahai anak pamanku aku berwasiat kepadamu setelahku hendaklah kamu menikah dengan saudariku, karena dia dimata ayahku seperti putrinya sendiri. Dan seorang laki-laki hendaklah ia memiliki seorang istri. Lalu Fathimah berwasiat agar penguburannya dirahasiakan, hal itu karena perlakuan ummat ayahnya terhadapnya.

Tangisan Nabi saww. Untuk Sekelompok Wanita







Imam Ali as. berkata : Suatu hari aku pergi bersama Sayyidah Fathimah as. datang menemui Nabi saww. saat itu beliau dalam keadaan menangis.

Imam Ali as bertanya : demi ayah dan ibuku ya Rasulullah ! kenapa anda menangis?

Nabi saww menjawab : Wahai Ali ! ketika malam aku dibawa pergi Mi’raj, ada sekelompok perempuan dari umatku sedang disiksa yang amat pedih. ( sampai sekarang aku masih teringat hal itu) aku menangis karena siksaan pedih yang mereka jalani. 1-Aku melihat perempuan kepala dan rambutnya digantung, dan otaknya mendidih karena panas.

2-Aku melihat perempuan yang lidahnya digantung dan air Hamim (air minum yang mendidih dari jahannam) dituangkan ke tenggorokannya.

3-Aku melihat perempuan, kedua payudaranya digantung.

4-Aku melihat perempuan memakan daging badannya sendiri sementara api yang membara berada di bawah kakinya.

5-Aku melihat perempuan tangan dan kakinya diikat, ular dan kalajengking menyerang mereka.

6-Aku melihat perempuan tuli , buta dan gagu di atas bara api. (Saking panasnya) Otak kepalanya keluar dari hidung mereka, dan badannya terpotong-potong.

7-Aku melihat perempuan kedua kakinya di atas bara api jahannam yang panas sedang tergantung.

8-Aku melihat perempuan badannya dihancurin dengan gunting –gunting yang panas.

9-aku melihat perempuan muka dan tangan-tangan mereka terbakar dan memakan dagingnya sendiri.

10-Aku melihat perempuan kepala mereka seperti babi, dan badannya seperti keledai. Dan beribu-ribu siksaan menimpa mereka.

11-Aku melihat perempuan berbentuk anjing , api masuk dari dubur dan keluar dari mulutnya. Dan malaikat pemberi adzab, memukul kepala dan badan mereka dengan tongkat api.

Sayyidah Fathimah as. bertanya : Wahai ayahku! cahaya mataku! Apa yang perempuan itu lakukan Selama di dunia, sehingga Allah swt menyiksa mereka ?!

Nabi saww menjawab : Wahai putriku !

1-Perempuan yang kepala dan rambutnya digantung, karena dia tidak menutupi kepala dan rambutnya dari ajnabi (tidak muhrim).

2-Perempuan yang lidahnya digantung , karena dia suka menyakiti suaminya dan orang lain.

3-Perempuan yang kedua payudaranya digantung karena dia menghindar untuk tidur bareng dengan suaminya.

4-Perempuan yang makan daging badannya sendiri, karena dia menghiasi badannya untuk orang lain dan tidak menghindar dari yang bukan muhrim.

5-Perempuan yang tangan dan kakinya diikat, ular dan kalajengking menyerang mereka. Karena tidak memperhatikan kebersihan baju dan berwudlu. tidak melakukan mandi junub dan haidz dengan betul. Dia tidak menjaga kebersihan dirinya dan meremehkan sholat.

6-Perempuan yang tuli, buta dan gagu karena dia hamil akibat zinah dan menisbahkan anaknya kepada laki-laki.

7-Perempuan yang kedua kakinya di gantung, karena keluar rumah tanpa izin suaminya.

8-Perempuan yang badannya di hancurin dengan gunting-gunting panas, karena menyerahkan dirinya kepada laki-laki lain.

9-Perempuan yang muka dan tangan-tangan mereka terbakar , dan memakan dagingnya sendiri, karena dia penyebab terjadinya perzinahan ( dia menjual perempuan kepada laki-laki).

10-Perempuan yang kepala mereka seperti babi dan badannya seperti keledai, karena suka berbohong dan menggunjing orang.

11-Perempuan yang berbentuk anjing ,api masuk dari dubur dan keluar dari mulut ,karena suka bernyanyi ( di depan yang bukan muhrim ) dan berhasud.

Kemudian Nabi saww berkata : celakalah seorang istri ketika suami tidak meridhoinya. Dan bahagailah seorang istri ketika suami meridhoinya.

( Dikutip dari kitab
Bihar Al-Anwar jilid 18, hal. 351-352)

Rabu, 11 Maret 2009

Sedikit tentang buku "Benarkah A'isyah Menikah Dengan Rasulullah Saw. Di Usia Dini?"

Salah satu bukti diambil dari kisah Perang BADAR dan UHUD

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l- isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama` a'lrijal) : "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]."
Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud and Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza' b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 years akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perangm, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

Kamis, 05 Maret 2009

Fikih Mawaddah


Ditulis pada oleh kajianislam

Kamis, 26 April 2007

Fikih Mawaddah

Sofjan S Siregar

Dosen Islamic University of Europe Rotterdam, Ketua ICMI Orwil Eropa

Dalam setiap diskusi tentang Islam di Eropa khususnya di Belanda pertanyaan selalu didominasi isu sentral sekitar sejauh mana Islam mampu bertahan mengklaim agama yang kompatibel dengan segala waktu dan semua tempat. Sementara Alquran sendiri menyebutkan dalam Surat An Nisa ayat 34 bahwa seorang suami bukan hanya dibolehkan, bahkan disuruh agar jika perlu memukul istri yang dianggap membangkang terhadap suami. Isu ‘pukul istri’ ini juga mendominasi acara diskusi ICMI Orwil Eropa akhir Maret 2007 bekerja sama dengan Universitas Islam Eropa Rotterdam di Belanda.

Seorang nara sumber menyulut isu kontroversial ini dengan membenarkan fatwa kebolehan suami memukul istri dalam upaya mencari solusi keutuhan rumah tangga dalam Islam sesuai ajaran dan petunjuk Alquran.

Kecaman dan reaksi keras tidak bisa dibendung. Hampir semua organisasi wanita dan emansipasi serta HAM di Belanda protes. Isu itu dianggap melecehkan wanita. Lebih jauh lagi seorang anggota parlemen Belanda yang anti-Islam dari Partai Van Vrijheid (PVV alias Partai Kebebasan) G Wilders mengusulkan dalam wawancara di TV Belanda beberapa waktu lalu, agar Muslim yang ingin tinggal menetap di Belanda harus merobek separuh Alquran. Suatu reaksi yang berlebihan akibat ketidaktahuan dan xenophobia politiknya yang sangat anti orang asing di Belanda. Akhirnya setelah diprotes keras oleh umat Islam, pernyataan Wilders ini tidak mendapat dukungan dari masyarakat Belanda.

Fatwa membolehkan pukul wanita dihadapkan pada tantangan eksternal dan internal. Di satu pihak, keganasan media massa menyosialisasikan Islamophobia semakin lempang, brutal dan menjadi-jadi khususnya di Eropa, sebagai tantangan external. Sedangkan di pihak lain muncul kecendrungan sebagian intelektual Muslim yang mengumbar fatwa kurang akurat jika ditinjau dari perspektif Islam. Ijtihad para intektual ini lebih bernuansa politik ketimbang ijtihad fiqih syar’i. Fatwa semacam itu sangat mendiskreditkan citra Islam yang berkarakter harmonis, sejuk, damai dan rahmat buat seluruh manusia, termasuk wanita.Meluruskan persepsi

Upaya yang digalakkan umat Islam di Eropa melawan Islamophobia, akan terganggu dan semakin kabur dengan tersiarnya fatwa pelecehan HAM semacam ini. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan bahwa Islam tidak pernah menoleransi pemukulan dan penganiayaan terhadap siapa pun termasuk istri sendiri.

Kata dhorb dalam Surat An Nisa ayat 34 tidak bisa dijadikan rujukan dan diterjemahkan secara harfiah dengan memukul, tapi harus diterjemahkan sesuai dengan penjelasan ayat dan hadis secara komprehensif sesuai norma maqasidissyariah (tujuan syariah). Kenapa? Karena dalam persepsi Islam, maksud dari institusi perkawinan dalam bentuk rumah tangga sangatlah mulia. Selain mengikuti Sunah Nabi dan mengembangbiakkan keturunan, juga untuk membina keluarga sakinah, mawaddah, rahmah, mahabbah, dan harmonis. Maka dari itu, menghina, menganiaya atau memukul istri bukan hanya kontraproduktif dengan tujuan perkawinan, tapi juga melanggar prinsip dasar HAM.

Nabi sangat mengecam tindakan suami yang memukul istri dalam hadisnya, “Bagaimana Anda pukul istri Anda seperti memukul budak padahal setelah itu Anda tidur bersama istri, apakah anda tidak malu?” Kedua calon suami dan isteri tidak dipaksa untuk maju ke lembaga perkawinan, sehingga konsekuensinya, mereka tidak bisa saling memaksakan kehendak. Kelangsungan lembaga perkawinan yang suci dan mulia ini memang harus dipelihara. Namun jika tidak memungkinkan dan tidak tercapai solusi yang memuaskan dua pihak, status lembaga perkawinan bukanlah mutlak dan harga mati yang harus dipertahankan sampai pisah mati, seperti yang terdapat dalam agama lain. Islam membolehkan cerai hidup, jika memang terpaksa. Artinya, bila ternyata di antara suami dan istri tidak ada sakinah, mawaddah, dan rahmah, seorang suami boleh cerai dari istri dengan cara baik seperti kata Alquran, “Lanjutkan perkawinan dengan cara baik atau cerai dengan cara gentlemen.”

Pendekatan dan meyakinkan istri dengan cara memukul tidak akan melahirkan bahagia. Andaikan sang istri berubah menjadi baik setelah dipukul oleh suami, tentu hanya secara zahir, karena bagaimanapun juga aksi dan tindak pemukulan itu sangat melukai hatinya. Sehingga pilar sakinah dan mawaddah akan cacat yang akhirnya juga kehidupan rumah tangga akan hancur.

Demikian pula sang istri juga tidak perlu memukul suami atau melakukan tindakan kekerasan lain. Istri bisa dan boleh keluar dari lembaga perkawinan dengan mengambil inisiatif untuk cerai dari suami dengan membayar ta’widh. Tidak satu hadispun yang membolehkan memukul istri. Dalam Alquran juga tidak ditemukan ayat yang membolehkan memukul istri. Adapun ayat 34 Aurat An Nisa yang selalu dijadikan rujukan oleh sebagian orang, perlu di terjemahkan secara akurat sesuai dengan norma dan prinsip tafsir. Menerjemahkan kata dhorb dalam ayat tersebut dengan memukul adalah hal yang perlu penjelasan lanjutan. Karena petunjuk Alquran sangat jelas bahwa untuk memukul atau mencambuk selalu dipakai kata jild seperti hukuman bagi orang yang menuduh berzina tanpa adanya empat saksi dicambuk 80 kali.

Dalam terjemahan Alquran dari Depag kita temukan sebagai berikut, “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusuz-nya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka (An Nisa ayat 34). Secara umum terjemahan Alquran Depag telah membantu umat Islam memahami kitab sucinya, namun khusus ayat 34 surat An Nisa, Tampaknya Depag harus meninjau ulang terjemahannya. Kenapa? Karena kata kerja dhorb mencakup multimakna yang harus disesuaikan dengan ayat dan dalil naqli yang terkait secara utuh. Ada 18 bentuk pemakaian kata dhorb dalam Alquran, semuanya bermakna i’tizal (mengasingkan/isolasi diri), almufaraqah (memisahkan), dan at tark (meninggalkan). Kita ambil contoh dalam surat An Nisa ayat 101, “Wa iza dhorobtum fil ardhi falaisa alaikum junahun an taqsuru minas sholati (Dan apabila kamu bepergian (dharabtum) di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-qashar shalatmu). Kata dhorobtum tidak mungkin diterjemahkan memukul di bumi.

Karena adanya konsep khul’u (perceraian yang inisiatifnya muncul dari sang istri) dalam lembaga perkawinan, maka menerjemahkan dhorb dengan memukul semakin kurang relevan dalam ayat 34 Surat An Nisa untuk menyelesaikan cekcok rumah tangga. Masing-masing pihak punya hak untuk tetap lanjut bersama atau pisah dari kehidupan rumah tangga.

Teladan Nabi

Hal ini diperkuat oleh sunnah fi’liyah (praktik Nabi) Rasulullah SAW ketika rumah tangganya mengalami tantangan disharmonisasi dari beberapa istrinya. Nabi tidak melakukan pemukulan pada istrinya, tapi dia meninggalkan istrinya berhijrah rumah selama sebulan ke tempat lain. Padahal Surat An Nisa ayat 34 waktu itu sudah turun.

Dua tahapan sudah dilakukan oleh Nabi yaitu menasihati dan pisah ranjang tapi tetap satu rumah. Tahapan terakhir untuk menjaga kesinambungan dan keutuhan rumah tangga adalah i’tizal atau ib’ad atau hijrah pisah rumah selama sebulan. Ternyata cara ini ampuh. Para istrinya kembali biasa, rumah tangga Nabi kembali utuh.

Seandainya memukul adalah suatu opsi, tentu Rasulullah adalah orang yang pertama harus melakukannya sebagai contoh dalam segala bentuk perintah yang ada dalam Alquran. Namun Nabi tidak pernah melakukannya. Dalam suatu hadis dikatakan bahwa beliau tidak pernah memukul pembantu dan istrinya. Beliau tidak pernah menyuruh untuk memukul istri apalagi melakukan tindakan penghinaan.

Contoh keteladanan Nabi dalam menyelesaikan konflik rumah tangga ini merupakan fikih mawaddah yang harus disosialisasikan oleh para intelektual Muslim dalam upaya membasmi kesalahpahaman terhadap ajaran sejati Islam dan mengeliminasi Islamophobia.

Ikhtisar
- Ajaran Islam adalah kompatible dengan segala waktu dan tempat.
- Fikih mawaddah melarang suami menghina atau memuku istri.
- Tidak ada rujukan juridis syar’i yang membolehkan apalagi menyuruh untuk memukul wanita baik dalam Alquran ataupun hadis.
- Sebaiknya, Departemen Agama merevisi terjemahan salah pada Alquran yang menyangkut HAM kehidupan rumah tangga dalam Surat An Nisa ayat 34

Sumber: Harian Republika