Senin, 19 Januari 2009

BENARKAH?? WANITA LEBIH BANYAK DI NERAKA KETIMBANG PRIA????????

Mayoritas Penghuni Neraka Adalah Wanita!

ayman-al-zawahiri-2.jpg
“Hey … most of you women shall end up in hell …! “

Ck ck ck … dasar wanita … ! :mrgreen:

Ini berdasarkan riwayat hadisnya orang Islam lho …!

“Benarkah hadis yang mengatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka itu perempuan?” tanya seorang murid kepada Imam Ja’far. Fakih besar abad kedua hijrah itu tersenyum. “Tidakkah anda membaca ayat Al-Qur’an - Sesungguhnya Kami menciptakan mereka sebenar-benarnya; Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan berusia sebaya (QS 56:36-37). Ayat ini berkenaan dengan para bidadari, yang Allah ciptakan dari perempuan yang saleh. Di surga lebih banyak bidadari daripada laki-laki mukmin.” Secara tidak langsung, Imam Ja’far menunjukkan bahwa hadis itu tidak benar, bahwa kebanyakan penghuni surga justru perempuan.

Hadis yang ‘mendiskreditkan’ perempuan ternyata sudah masyhur sejak abad kedua hijrah. Tetapi sejak itu juga sudah ada ahli agama yang menolaknya. Dari Imam Ja’far inilah berkembang mazhab Ja’fari, yang menetapkan bahwa akikah harus sama baik buat laki-laki maupun perempuan. Pada mazhab-mazhab yang lain, untuk anak laki-laki disembelih dua ekor domba, untuk anak perempuan seekor saja. Mengingat sejarahnya, mazhab Ja’fari lebih tua, karena itu lebih dekat dengan masa Nabi daripada mazhab lainnya. Boleh jadi, hadis-hadis yang memojokkan perempuan itu baru muncul kemudian: sebagai produk budaya yang sangat maskulin ?

Karena banyak ayat turun membela perempuan, pada zaman Nabi para sahabat memperlakukan istri mereka dengan sangat sopan. Mereka takut, kata Abdullah, wahyu turun mengecam mereka. Barulah setelah Nabi meninggal, mereka mulai bebas berbicara dengan istri mereka (Bukhari). Umar, ayah Abdullah, menceritakan bagaimana perempuan sangat bebas berbicara kepada suaminya pada zaman Nabi.

Ketika Umar membentak karena istrinya membantahnya dengan perkataan yang keras istrinya berkata: Kenapa kamu terkejut karena aku membantahmu? Istri-istri Nabi pun sering membantah Nabi dan sebagian malah membiarkan Nabi marah sejak siang sampai malam. Ucapan itu mengejutkan Umar: Celakalah orang yang berbuat seperti itu. Ia segera menemui Hafsah, salah seorang istri Nabi: Betulkah sebagian di antara kalian membuat Nabi marah sampai malam hari? Betul, jawab Hafsah (Bukhari).

Menurut riwayat lain, sejak itu Umar diam setiap kali istrinya memarahinya. Aku membiarkannya, kata Umar, karena istriku memasak, mencuci, mengurus anak-anak, padahal semua itu bukan kewajiban dia. Anehnya, sekarang, di dunia Islam, pekerjaan itu dianggap kewajiban istri. Ketika umat Islam memasuki masyarakat industri, berlipat gandalah pekerjaan mereka. Berlipat juga beban dan derita mereka. Untuk menghibur mereka para mubalig (juga mubalighat) bercerita tentang pahala buat wanita saleh yang mengabdi (atau menderita) untuk suaminya: Sekiranya manusia boleh sujud kepada manusia lain, aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya (hadis 1). Bila seorang perempuan menyakiti suaminya, Allah tidak akan menerima salatnya dan semua kebaikan amalnya sampai dia membuat suaminya senang (hadis 2). Siapa yang sabar menanggung penderitaan karena perbuatan suaminya yang jelek, ia diberi pahala seperti pahala Asiyahbinti Mazahim (hadis 3). Setelah hadis-hadis ini, para khatib pun menambahkan cerita-cerita dramatis. Konon, Fathimah mendengar Rasul menyebut seorang perempuan yang pertama kali masuk surga. Ia ingin tahu apa yang membuatnya semulia itu. Ternyata, ia sangat menaati suaminya begitu rupa, sehingga ia sediakan cambuk setiap kali ia berkhidmat kepada suaminya. Ia tawarkan tubuhnya untuk icambuk kapan saja suaminya mengira service-nya kurang baik.

Cerita ini memang dibuat-buat saja. Tidak jelas asal-usulnya. Tetapi hadis-hadis itu memang termaktub dalam kitab-kitab hadis. Hadis 1: diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud. Tetapi Bukhari (yang lebih tinggi kedudukannya dari Abu Dawud) dan Ahmad meriwayatkan hadis sebagai berikut: Ketika Aisyah ditanya apa yang dilakukan Rasulullah di rumahnya, ia berkata: “Nabi melayani keperluan istrinya menyapu rumah, menjahit baju, memperbaiki sandal, dan memerah susu.” Anehnya, hadis ini jarang disebut oleh para mubalig. Karena bertentangan dengan ‘kepentingan laki-laki’ ?

Hadis-hadis lainnya ternyata dipotong pada bagian yang merugikan laki-laki. Setelah hadis 2, Nabi berkata,”Begitu pula laki-laki menanggung dosa yang sama seperti itu bila ia menyakiti dan berbuat zalim kepada istrinya.” Dan sebelum hadis 3, Nabi berkata, “Barang siapa yang bersabar (menanggung penderitaan) karena perbuatan istrinya yang buruk, Allah akan Memberikan untuk setiap kesabaran yang dilakukannya pahala seperti yang diberikan kepada Nabi Ayyub.” Tetapi, begitulah, kelengkapan hadis ini jarang keluar dari khotbah Mubalig ( yang umumnya laki-laki ).

Maka sepeninggal Nabi, perempuan disuruh berkhidmat kepada laki-laki, sedangkan laki-laki tidak diajari berkhidmat kepada perempuan. Fikih yang semuanya dirumuskan laki-laki menempatkan perempuan pada posisi kedua. Beberapa gerakan Islam yang dipimpin laki-laki menampilkan ajaran Islam yang ‘memanjakan’ laki-laki. Ketika sebagian perempuan muslimat menghujat fikih yang mapan, banyak laki-laki saleh itu berang. Mereka dituduh agen feminisme Barat, budak kaum kuffar. Mereka dianggap merusak sunnah Nabi. Nabi saw berkata, “Samakanlah ketika kamu memberi anak-anakmu. Bila ada kelebihan, berikan kelebihan itu kepada anak perempuan.” Ketika ada sahabat yang mengeluh karena semua anaknya perempuan, Nabi berkata, “Jika ada yang mempunyai anak perempuan saja, kemudian ia memeliharanya dengan sebaik-baiknya, anak perempuan itu akan menjadi pengahalang baginya dari api neraka (Muslim).

Pendeknya, dahulukan perempuan, kata Nabi dahulu. Pokoknya utamakan laki-laki, teriak kita sekarang.

Artikel ditulis oleh: Dr. Jalaluddin Rakhmat.

Judul asli: Bidadari itu: “Perempuan Saleh”

Minggu, 04 Januari 2009

Berkah Sebuah Delima

Seperti diketahui, puteri Rasulullah saaw. yang bernama Fatimah az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu. Mereka bukanlah termasuk keluarga yang kaya. Fatimah sendiri adalah satu-satunya puteri Nabi yang mendampingi ayahnya dalam seluruh perjuangan beliau di dalam menyebarkan agama Islam.

Fatimah menyaksikan dengan kedua matanya ketika ayahnya dimusuhi dan dianiaya kaum kafir Quraisy. Dialah yang membersihkan kotoran unta yang sengaja diletakan oleh kaum kafir itu di punggung Rasulullah ketika beliau sedang shalat. Ia pula yang menyambut ayahandanya yang tercinta ketika beliau kembali dari berdakwah di kota Tha’if dalam keadaan kepalanya berdarah akibat lemparan batu penduduk Tha’if yang tak mau beriman. Setiap kali Rasulullah hendak berangkat berperang, Fatimah senantiasa menyiapkan segala perbekalan yang diperlukan ayahnya.

Suatu kali, Rasulullah saaw, dan kaum Muslimin tengah menggali parit perlindungan sebelum berhadapan dengan kaum Quraisy dalam suatu peperangan yang kemudian dikenal sebagai perang Khandaq (Perang Parit). Parit-parit itu sengaja dibuat, karena kekuatan tentara musuh jauh lebih besar daripada kekuatan tentara kaum Muslimin. Dengan parit itu, dimaksudkan agar tentara musuh tidak langsung berhadapan dengan tentara Muslimin, melainkan mereka harus terlebih dahulu melalui parit yang lebar itu sebelum menyerang. Taktik itu adalah hasil usulan dari sahabat Nabi yang bernama Salman al-Farisi.

Dalam menyelesaikan penggalian parit tersebut, tak seorang pun yang duduk termangu. Kaum Muslimin, termasuk Rasulullah saaw sendiri, bahu-membahu mengerjakannya.

Di saat seperti itu, Fatimah datang menghampiri ayahnya, kemudian menyerahkan sepotong roti kepada beliau. Melihat roti yang diulurkan puteri kesayangannya, Rasulullah berkata: “Wahai Fatimah, inilah makanan pertama yang masuk ke perut ayamu sejak tiga hari yang lalu.”

Kecntaan Fatimah kepada ayahnya tidak perlu diragukan lagi. Rasulullah pun sangat mencintai puterinya itu, sehingga seringkali beliau memuji Fatimah dengan berkata:”Fatimah adalah dari aku, dan aku adalah bagian dari Fatimah. Siapa yang membuat dia bahagia berarti membuat aku bahagia; dan siapa yang membuat dia marah, berarti membuat aku marah.”

Rausulullah saaw, juga pernah berkata kepada puterinya itu: “Sesungguhnya Allah murka karena kemarahanmu, dan ridha karena kesukaanmu.”

Imam Ali bin Abi Thalib, selaku suaminya, mengetahui benar tentang hal itu. Ia pun sangat menyayangi isterinya, sangat memperhatikannya, dan memperlakukannya dengan baik. Ia merasa diberi amanat oleh Rasulullah saaw, dengan menikahi Fatimah. Fatimah pun berbuat sama terhadap suaminya. Maka tak heran apabila keluarga yang sangat serasi.

Tentang kecintaan dan perhatian Imam Ali terhadap isterinya itu, dapat dilihat dengan mudah dari suatu peristiwa yang pernah terjadipada masa itu.

Suatu hari, Fatimah r.a.jatuh sakit. Imam Ali menjadi sedih, turut merasakan sakit yang diderita istrinya. Tak henti-hentinya ia menengok Fatimah, bahkan berhari-hari tak beranjak dari sisinya. Ia menyiapkan semua keperluan yang dibutuhkan Fatimah, dan menggantikan tugasnya selama ia sakit.

“Beristirahatlah, wahai Fatimah, agar sakitmu segera hilang,” kata Imam Ali kepada isterinya.

“Aku telah cukup beristirahat, sampai-sampai aku malu apabila melihatmu mengerjakan tugas-tugas seorang ibu,” jawab Fatimah dengan sura lirih.

“Jangan pikirkan itu. Bagiku semua itu sangat menyenangkan. Lagi pula, setelah engkau sembuh nanti, semua tugas, engkaulah yang akan mengerjakannya.”

“Tapi, sudah terlalu lama rasanya engkau menggantikan pekerjaanku…”

“Jangan pikirkan itu, kataku. Aku melakukan segalanya dengan senang hati. Percayalah…”

Engkau sungguh suami yang mulia…”

Fatimah berkata sambil matanya berkaca-kaca.

“Wahai …adakah engkau menginginkan sesuatu?”tanya Imam Ali dengan tiba-tiba.

Fatimah terdiam sebentar, kemudian berkata: “Sesungguhnya sudah beberapa hari ini aku menginginkan buah delima.”

“Baiklah, aku akan membawakannya untukmu dengan rezeki yang diberikan Allah kepadaku,” kata Imam Ali, sambil bersiap keluar rumah. Tanpa membuang waktu, Imam Ali langsung berangkat menuju pasa, meskipun dengan uang pas-pasan. Dan sesampainya di pasar, ia pun langsung memberi sebuah delima, karena uangnya memang hanya cukup untuk sebuah delima, tidak lebih!

Di tengah perjalanan pulang, Imam Ali melihat seorang miskin duduk meringkuk di sudut jalan. Orang itu tampak menggigil dan tubuhnya lemah, menunjukkan bahwa ia sedang sakit. Imam Ali tak sampai hati melihatnya. Ia berhenti, menyampaikan salam dengan ramah, kemudian bertanya kepada orang itu: “Wahai sahabat, kenapakah gerangan engkau?” Mendengar suara, orang itu mengangkat kepalanya perlahan, dan matanya memandang Imam Ali dengan lemah. Ia pun menjawab salam Imam Ali, kemudian berkata:”Sesungguhnya tubuhku terasa dingin, dan badanku serasa tak bertenaga.”

“Sakitkah engkau?” tanya Imam Ali lagi.

“Begitulah kiranya. Sudah sejak dua hari lalu perutku tak kemasukan makanan apa pun,”jawab orang itu dengan suara parau.

Astaghfirullah…,”Imam Ali tercengang. Ia terdiam sejenak, memotong buah delima yang dibawanya, kemudian berkata: “Tabahkanlah hatimu. Percayalah bahwa Allah tak akan melupakan hamba-Nya yang baik. Bertasbihlah kepada Allah, dan ambillah buah ini, semoga dapat meringankan penderitaanmu.”

Orang itu pun mengambil sepotong buah delima tersebut dari tangan Imam Ali, kemudian bertasbih, bertakbir, dan bersyukur kepada Allah. “Subhanallah..Alhamdulillah

Allahu Akbar…Mahabesar Engkau ya Allah…” Dan ia pun makan buah delima itu dengan senyum penuh syukur.

Sesampainya di rumah, delima yang tinggal sepotong itu diserahkan kepada isterinya. Fatimah merasa heran melihat buah delima yang hanya sepotong itu. Ia bertanya kepada suaminya: “Adakah penjualan buah ini menjualnya sepotong untukmu?”

“Tidak,”kata Imam Ali.”Sesungguhnya aku membelinya sebuah. Di tengah perjalanan pulang, aku mendapati seorang miskin yang telah dua hari tak makan apa-apa. Aku memberikan sepotong delima ini kepadanya. Alhamdulillah, tampaknya ia mulai sehat kembali sesudah itu,” sambung Imam Ali menjelaskan.

Setelah semuanya jelas, Fatimah pun mulai menikmati buah delima yang baru dibeli dari pasar itu. Dan…sebagaimana si miskin, kondisi Fatimah mulai membaik sesudahnya. Suami Istri itu sangat gembira.

Masih diliputi kegembiraan karena keadaan Fatimah yang makin membaik, tiba-tiba mereka mendengar suara pintu rumah mereka diketuk orang. Segera Imam Ali membukakan pintu, dan didapatinya yang datang adalah Salman al-Farisi. Salman datang sambil di tangannya membawa sesuatu yang ditutup kain.

“Assalamu’alaikum.”

“wa ‘alaikum salam,” jawab Imam Ali.

“Apakah yang engkau bawa itu wahai Salman?” tanya Imam Ali selanjutnya.

“Delima,”jawab Salman.

“Dari manakah engkau dapatkan?”

“Dari Allah, untuk Rasul-Nya, dan seterusnya untuk Anda,” jawab Salman lagi sambil membuka penutup delima itu oleh Imam Ali. Tapi Imam Ali segera bertanya:”Berapakah jumlahnya?”

“Sembilan buah,”jawab Salman.

Mendengar jawaban Salman, Imam Ali kemudian berkta:”Tidak! Tidak mungkin buah itu dari Allah. Kalau benar dari Allah, maka jumlahnya adalah sepuluh. Sebab Allah telah berfirman: Barangsiapa berbuat baik, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali lipat. (Q.S. 6:160)

Mendengar kata-kata Imam Ali tersebut, sambil tersipu Salman mengeluarkan satu buah delima lagi dari balik lengan bajunya sambil berkata:”Anda benar. Sesungguhnya yang aku bawa adalah sepuluh.”

Imam Ali tersenyum. Ia kemudian berkata sambil masih menahan senyumnya: “Wahai Salman, sesungguhnya engkau adalah sahabat dekatku. Aku mengerti, demi Allah, bahwa engkau tak bermaksud mengambil buah itu untuk kepentinganmu. Engkau bermaksud menguji diriku, bukan?”

Dengan tersipu Salman pun menjawab:”Demi Allah, tak terlintas dalam pikiranku untuk mengambil buah itu bagi diriku. Sebenarnyalah, aku bermaksud mengujimu, karena begitu seringnya aku mendengar Rasulullah memuji keluasan ilmu dan kecerdasanmu.”

“Ketahuilah wahai Salman, bahwa Allah akan membimbing siapa saja yang dekat dan berbakti kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan ikhlas,”kata Imam Ali sambil menyerahkan sebuah delima kepada Salman, dan ia membawa masuk ke dalam rumah sisanya yang sembilan buah, setelah Salman permisi pulang.

Sesampainya di dalam, Imam Ali meletakkan buah-buah delima itu di hadapan isterinya. Fatimah terkejut, dan setengah berteriak ia berkata:

“Masya Allah…dari menakah gerangan engkau dapatkan delima sebanyak ini?”

Imam Ali pun menjawab dengan tersenyum: “Allah mengaruniai rezeki ini kepada kita karena kebaikan yang kita lakukan kepada si miskin tadi. Salmanlah yang mengantarkannya ke sini.”

“Allahu Akbar!” seru Fatimah sambil wajahnya menengadah ke atas.

Fathimah Azzahra as

Nama : Fathimah

Gelar : Az-Zahra

Julukan : Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’, al-‘Alamin, Ummu Abiha

Ayah : Muhammad Rasulullah saww

Ibu : Khadijah al-Kubra

Tempat/Tgl Lahir : Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani

Hari/Tgl Wafat : Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H

Umur : 18 Tahun

Makam : ???

Jumlah Anak : 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan

Laki-laki : Hasan dan Husein

Perempuan : Zainab dan Ummu Kaltsum

Riwayat Hidup

Di antara anak wanita Rasulullah saww, Fathimah Az-Zahra a.s, merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:

"Pada waktu kelahiran Fartimah a.s, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishhaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah a.s lahir."

Menginjak usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Sehingga otomatis beliau mengantikan posisi ibunya dalm melayani, membantu dan memebela Rasulullah saww, sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalm usia yang masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam uji coba. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuakn keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata kearena melihat penderitaan yang dialalmi ayahnya.

Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepatnya pada tanggal 1 dzulhijjah, hari jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.

Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan serta sebagai pendididk terbaik telah berhasil mendidik anak-anaknya.

Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah saww. Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata: " Aku tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah saww seperti Fathimah as. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira dan menggandengnya lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan beliau saww".

Tidak heran, jika setelah kepergian baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah saww tapi juga beliau melihat kelakukan umat sesudahnnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.

Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian Rasulullah saww tidak penah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".

M.H. Shakir berbependapat: "Wafat Rasulullah saww sangat mempengaruhinya, ia sangat sedih, berduka dan tangis hatinya memekik sepanjang masa. Sayang sekali, setelah wafat nabi, pemerintah mengambil alih tanah fadak dan menyerahkannya sebagai milik negara".

Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.

Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang massa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.

Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:

1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.

2. Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.

3. Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.

Fathimah Az-Zahra ," Putri bungsu Rasulullah saww, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambrakan keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya. DR. Ali Syariati memberikan komentar tentang Fathimah: " Saya akan bangga dan hendak mengatakan , "Fathimah a.s adalah putri Khadijah yang besar". Saya rasa itu bukan Fathimah a.s. Saya hendak mengatakan," Fathimah a.s adalah putri Rasulullah saww. Saya rasa itu bukan juga Fathimah. Saya hendak mengatakan, "Fathimah a.s adalah istri Ali. Saya rasa itu juga bukan Fathimah A.s. Saya hendak mengatakan Fathimah a.s adalah ibunda Zainab. Saya masih merasa itu bukan Fathimah a.s. Tidak, semua itu benar tetapi tak satupun yang menggambarkan Fathimah a.s yang sesungguhnya. "Fathimah a.s adalah Fathimah a.s."

Karomah Fathimah as

Abu Sai'd al-Khudri berkata: " Pada suatu hari Ali AS berkata bahwa beliau AS berasa amat lapar. Beliau AS kemudian meminta Fatimah AS menyediakan makanan. Fatimah AS bersumpah bahwa tidak ada makanan yang tinggal untuk menghilangkan kelaparan Ali AS. Imam Ali AS bertanya mengapa Fatimah AS tidak memberitahukan kepadanya bahwa di rumah mereka sudah tidak ada makanan lagi. Fatimah AS menyatakan bahwa dia AS merasa malu untuk menyatakan perkara itu, dan dia AS juga tidak mau menuntut apa-apa dari Imam Ali AS. Imam Ali AS keluar dari rumah dengan rasa tawakal kepada Allah SWT. Beliau AS meminjam uang sebanyak satu dinar dengan hasrat untuk membeli makanan untuk penghuni rumahnya. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu Miqdad ibn Aswad sedang terbaring di atas jalan pasir yang panas terik oleh sinar matahari yang membakar. Miqdad kelihatan sedih dan muram. Lalu Imam Ali AS bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan menyatakan perkara yang berlaku kepada Imam Ali AS. Tetapi akhirnya dia menyatakan juga rahasia itu dan berkata:

" Wahai Abul Hasan! Aku bersumpah bahwa ketika aku keluar rumah tadi, penghuni rumahku berada di dalam kelaparan yang amat sangat. Anak-anakku kelaparan dan aku tidak sanggup menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku meninggalkan mereka, dan berusaha mencari jalan untuk mengatasi masalah tersebut."

Air mata Ali AS jatuh bercucuran dan mengenai janggutnya apabila mendengar kisah tersebut. Ali AS berkata kepadanya:

" Aku bersumpah bahwa aku juga mengalami keadaan yang sama seperti engkau."

Ali AS lalu menyerahkan uang yang dibawanya kepada Miqdad. Ali AS kemudian pergi ke masjid di mana pada ketika itu Nabi SAWA sedang shalat. Ali AS bershalat di tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan kewajibannya, beliau AS menemui Nabi SAWA di pintu masjid. Rasulullah SAWA bertanya Ali AS tentang makanan apa yang akan dia siapkan untuk makam malam karena Nabi SAWA hendak ikut makan malam di tempat putrinya..

Ali AS tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau AS tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kelihatannya Rasulullah SAWA tahu tentang kisah uang satu dinar itu. Telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAWA bahwa hendaklah beliau SAWA bersama Ali AS pada petang itu." Mengapa anda tidak berkata sesuatu?," tanya Nabi Muhammad SAWA. Ali AS dengan menjawab:" Diriku di tanganmu."

Nabi Muhammad SAWA memegang tangan Ali AS dan dua orang yang agung ini berjalan bersama-sama ke rumah Fatimah AS. Apabila sampai di sana, Fatimah AS baru selesai menunaikan kewajibannya (solat), dan di atas tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang mendidih. Fatimah AS kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka. Nabi SAWA mengucapkan salam dengan lembut." Semoga Allah SWT memberi rahmat ke atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan malam!" sambung Rasulullah SAWA.

Fatimah AS mengambil periuk tersebut dan meletakkan di hadapan ayahnya SAWA dan suaminya, Ali AS, yang terkejut dan bertanya isterinya bau makanan yang lezat di dalam periuk itu. Fatimah AS berkata:" Adakah anda marah dengan memandangku dengan pandangan yang demikian! Adakah aku telah melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima kemarahanmu!?"

Ali AS berkata:" Mengapa tidak? Semalam engkau bersumpah bahwa engkau tidak mempunyai sedikit makanan pun untuk kita hidup selama beberapa hari! Apa artinya ini semua?"

Dengan memandang ke langit Fatimah AS menyambung:" Tuhanku yang berkuasa ke atas langit dan bumi akan menjadi saksi bahwa apa yang akan aku katakan ini adalah benar."

Ali AS menambah:" Wahai Fatimah! Sudikah engkau menyatakan kepada kami kisah sebenarnya. Sudikah engkau dengan jujur menyatakan kepada kami siapakah yang mengantarkan hidangan yang lezat ini yang menjadi makanan kita!"

Rasulullah SAWA dengan lembut meletakkan tangannya ke atas bahu Ali AS dan berkata:" Wahai Ali! Semua sebenarnya ini adalah anugerah dari Allah SWT karena kemurahan yang kamu tunjukkan ketika memberikan uang dinar tersebut.

"...Sesungguhnya Allah memberikan (rezeki) apa yang dikehendakiNya tanpa hisab."(Ali-Imran:37)
"Dan apabila Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya." (Ali-Imran:37)[Bihar al-Amwar, Jilid 43, hlm.59-61; Amali Tusi, Jilid 2, hlm.228-230]

Kehidupan Politik Sayyidah Fathimah as

Kehidupan Fatimah a.s. bukan hanya melakukan tugas sebagai suri rumah tangga dan beribadat saja tetapi juga meliputi soal-soal politik sejak dari zaman ayahandanya Rasulullah SAAW di Mekah hingga selepas wafat ayahandanya SAAW. Beliau a.s. dengan gigih menyokong keras perjuangan ayahandanya Rasulullah SAAW dan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Islam yang telah dididik oleh ayahandanya Rasulullah SAAW.

Pada tahun kesepuluh kerasulan, Khadijah ibu Fatimah a.s. meninggal dunia. Fatimah a.s. kehilangan ibundanya yang tercinta. Pada tahun yang sama, beliau a.s. kehilangan paman ayahnya Abu Talib yang selalu melindungi Rasulullah SAAW. Dengan kewafatan dua orang insan mulia ini, para musyirikin Quraisy mulai berani menentang dan menyakiti Rasulullah SAAW secara terbuka. Sehingga pada suatu saat mereka sanggup memutuskan untuk membunuh Rasulullah SAAW. Justru, Rasulullah SAAW membuat keputusan berhijrah ke Madinah. Malam itu Ali AS tidur di tempat tidur Rasulullah SAAW demi untuk mengelirukan musuh-musuh Allah itu. Pada malam itu juga Fatimah menginap di rumah ayahandanya dan mengetahui semua kejadian tersebut. Fatimah bertahan pada malam itu dengan penuh perjuangan, kesabaran, dan keberanian segala kemungkinan yang akan berlaku kepada mereka.

Fatimah a.s. kemudian berhijrah ke Madinah dengan rombongan hijrah di ketuai oleh Ali AS. Dalam perjalanan ke Madinah, beberapa orang kafir mencoba untuk menghalang mereka tetapi dengan keberanian dan tekad Ali AS, maka mereka ketakutan dan membiarkan rombongan hijrah itu meninggalkan Mekah. Akhirnya setelah menempuh segala kesulitan, mereka pun sampai ke Madinah.

Fatimah a.s. turut menjadi saksi Perang Badar dan Perang Uhud. Dalam Perang Uhud, dahi, dan gigi Nabi SAAW luka parah. Dan yang lebih menyedihkan ialah ketika tersebarnya berita palsu bahwa Rasulullah SAAW telah terbunuh. Fatimah a.s. berangkat ke Uhud untuk menyaksikan medan pertempuran, dan juga melihat ayahandanya yang dikasihi Rasulullah SAW. Setelah perang berakhir, Fatimah a.s. menemui ayahandanya Rasulullah SAAW, dan membersihkan wajah baginda dari luka-luka. Dalam peperangan ini juga, Fatimah a.s. menyaksikan paman ayahnya, Hamzah syahid di medan perang.

Selepas Rasulullah SAAW wafat, Fatimah a.s. turut memperjuangkan hak Imam Ali AS sebagai khalifah yang sah dilantik oleh Rasul SAAW dan juga tentang haknya terhadap Tanah Fadak. Fatimah tidak mengiktiraf Abu Bakar sebagai khalifah yang sah. Pada suatu ketika Abu Bakar dan Umar al-Khattab bersama rombongannya mengepung rumah Fatimah a.s. dengan tujuan memaksa penghuni rumah memberikan bai'ah kepada Abu Bakar. Malahan Rombongan tersebut mengancam akan membakar rumah tersebut. Seseorang bertanya kepada Umar: " Wahai ayah Hafsah (Umar al-Khattab), sesungguhnya Fatimah ada di dalam," dan Umar menjawab,: "Wa in (sekalipun)"[Ibn Qutaibah, Al-Imamah Wal-Siyasah, Jilid I, hlm.12-13]. Fatimah a.s. kemudian keluar dari pintu dari berkata lantang:"Hai, Abu Bakar, Alangkah cepatnya anda menyerang keluaga Rasul. Demi Allah, saya tidak akan bercakap dengan Umar sampai saya menemui Allah...Kamu semua telah membiarkan jenazah Rasulullah SAAW bersama kami, dan kamu semua telah mengambil keputusan antara kamu sendiri tanpa bermusyawarah dengan kami dan tanpa menghormati hak-hak kami. Demi Allah, aku katakan, keluarlah kamu semua dari sini dengan segera! Jika tidak dengan rambutku yang kusut ini, aku akan meminta keputusan dari Allah!"[Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, Jilid VI, hlm.48-49]

Fatimah a.s. menganggap Tanah Fadak sebagai miliknya yang sah karena ia telah diberikan oleh Rasul SAAW ketika baginda SAAW masih hidup. Tanah Fadak terletak dekat dengan Khaibar dan disitu terdapat kebun kurma. Tanah tersebut diserahkan oleh Bani Nadir kepada Rasulullah SAAW selepas peristiwa Perang Khaibar pada tahun 7 Hijrah. Kemudian Rasulullah SAAW menghadiahkan tanah tersebut kepada Fatimah a.s. [riwayat dari Abu Sai'd al-Khudri - silakan lihat Fada'il Khamsah fi al-Sihah al-Sittah, Jilid 3, hlm.36] yaitu apabila turunnya ayat Qur'an yang bermaksud," Apa saja harta rampasan (fa'i) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya." (59:7) .

Fatimah a.s. menuntut Tanah Fadak dari Abu Bakar tetapi Abu Bakar menolaknya. Fatimah a.s. lalu menemui Abu Bakar dan terjadilah perdebatan di antara mereka berdua: Al-Jauhari meriwayatkan bahwa ketika sampai berita kepada Fatimah a.s. bahwa Abu Bakar menolak haknya ke atas Tanah Fadak, maka Fatimah a.s. dengan disertai para pembantu wanitanya dan para wanita Bani Hasyim pergi menemui Abu Bakar. Fatimah a.s. berjalan dengan langkah seperti langkah Rasul. Ia lalu memasuki majlis yang dihadiri Abu Bakar, dan penuh dengan kaum Muhajirin dan Ansar. Fatimah membentangkan kain tirai antara dia dan kaum wanita yang menemaninya di satu sisi,dan majlis yang terdiri dari kaum lelaki di sisi yang lain. Ia masuk sambil menangis tersedu, dan seluruh hadirin turut menangis. Maka gemparlah pertemuan itu. Setelah suasana kembali tenang, Fatimah a.s. pun berbicara:
" Saya memulai dengan memuji Allah Yang Patut Dipuji. Segala Puji bagi Allah atas segala nikmatNya, dan terhadap apa yang diberikanNya..." dan setelah mengucapkan khutbahnya yang sungguh indah, ia lalu berkata:

Fatimah a.s.:" Apabila anda mati, wahai Abu Bakar, siapakah yang akan menerima warisan anda?"
Abu Bakar:" Anakku dan keluargaku."
Fatimah a.s.:" Mengapa anda mengambil warisan Rasul yang menjadi hak anak dan keluarga beliau?"
Abu Bakar:" Saya tidak berbuat begitu, wahai putri Rasul."
Fatimah a.s.:" Tetapi anda mengambil Fadak, hak Rasulullah yang telah beliau berikan kepada saya semasa beliau masih hidup....Apakah anda dengan sengaja meninggalkan Kitabullah dan membelakanginya serta mengabaikan firman Allah yang mengatakan," Sulaiman mewarisi dari Daud " (Al-Naml: 16), dan ketika Allah mengisahkan tentang Zakaria serta firman Allah, Dan keluarga sedarah lebih berhak waris mewarisi menurut Kitabullah?(Al-Ahzab:6) Dan Allah berwasiat, " Bahwa anak lelakimu mendapat warisan seperti dua anak perempuan" (Al-Nisa:11) dan firman Illahj," Diwajibkan atas kamu apabila salah seorang daripada kamu akan meninggal dunia, jika ia meninggalkan harta, bahwa ia membuat wasiat bagi kedua orang tua dan keluarganya dengan cara yang baik, itu adalah kewajiban bagi orang-orang yang bertaqwa" (Al-Baqarah: 80).
Apakah Allah mengkhususkan ayat-ayat tersebut kepada anda dan mengecualikan ayahku daripadanya? Apakah anda lebih mengetahui ayat-ayat yang khusus dan umum, lebih daripada ayahku dan anak bapa saudaraku (Ali AS) Apakah anda menganggap bahwa ayahku berlainan agama dariku, dan lantaran itu maka aku tidak berhak menerima warisan?" [Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, Jilid XVI, hlm.249]

Ibn Qutaibah meriwayatkan pertemuan yang mungkin terakhir di antara Fatimah a.s. dan Abu Bakar seperti berikut:
" Umar bin Khattab berkata kepada Abu Bakar:" Marilah kita pergi kepada Fatimah, sesungguhnya kita telah menyakiti hatinya."
Maka keduanya pun pergi ke rumah Fatimah a.s., dan Fatimah a.s. tidak mengizinkan mereka masuk ke dalam rumah. Mereka lalu memohon kepada Ali bin Abi Talib, lalu Ali AS memperkenankan mereka masuk ke dalam.
" Tatkala keduanya duduk dekat Fatimah a.s., Fatimah a.s. memalingkan wajahnya ke arah dinding rumah. Salam Abu Bakar dan Umar tidak dijawabnya.
Fatimah a.s. kemudian berkata:" Apakah anda akan mendengar apabila saya katakan kepada anda suatu perkataan yang berasal dari Rasulullah SAAW yang anda kenal dan anda telah bertemu beliau SAAW?"
Keduanya menjawab: " Ya."
Kemudian Fatimah a.s. berkata:" Apakah anda tidak mendengar Rasulullah SAAW bersabda," Keredhaan Fatimah adalah keredhaan saya, dan kemurkaan Fatimah adalah kemurkaan saya. Barang siapa mencintai Fatimah, anakku, bererti ia mencintaiku, dan barang siapa membuat Fatimah murka, bererti ia membuat aku murka."
Mereka berdua menjawab:" Ya, kami telah mendengarnya dari Rasulullah SAAW.
Fatimah a.s. berkata:" Aku bersaksi kepada Allah dan malaikat-malaikatNya, sesungguhnya kamu berdua telah membuat aku marah, dan kamu berdua tidak membuat aku redha. Seandainya aku bertemu Nabi SAAW, aku akan mengadukan kepada beliau SAAW tentang kamu berdua.
Abu Bakar berkata:" Sesungguhnya saya berlindung kepada Allah dari kemurkaanNya dan dari kemurkaan anda, wahai Fatimah."
Kemudian Abu Bakar menangis, hampir-hampir jiwanya menjadi goncang.
Fatimah lalu berkata:" Demi Allah, selalu saya akan mendoakan keburukan terhadap anda dalam setiap shalat saya."
Kemudian Abu Bakar keluar sambil menangis....[Ibn Qutaibah, Al-Imamah Wal-Siasah, Bab Bagaimana Bai'at Ali bin Abi Talib; O.Hashem, Saqifah Awal Perselisihan Ummat, hlm.100-101]

Kepribadian Fathimah as

Fatimah AH termasuk dalam Ahlul Bayt Rasulullah SAWA sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat al-Tathir dalam surah al-Ahzab: 33. Dalam Surah Al-Ahzab:33 bermaksud:

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa) ,wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya."

Ayat di atas mengisahkan Hasan dan Husayn AS sedang dalam keadaan sakit. Rasulullah SAWA dengan beberapa orang sahabat menziarahi mereka. Rasulullah SAWA mencadangkan kepada Ali AS bernazar kepada Allah SWT bahawa dia dan keluarganya akan berpuasa selama tiga hari apabila anak mereka sembuh dari penyakit tersebut. Ali, Fatimah, dan pembantu mereka, Fizzah bernazar kepada Allah SWT. Apabila Hasan dan Husayn AS sembuh, mereka pun berpuasa. Pada waktu berbuka datang seorang pengemis meminta makanan kepada mereka. Pada hari itu mereka hanya berbuka dengan sahaja. Keesokan hari ini datang seorang anak yatim meminta makanan daripada mereka pada waktu berbuka dan sekali lagi mereka hanya berbuka dengan air sahaja. Pada hari ketiga, datang pula seorang tawanan perang meminta makanan. Selepas memberikan makanan, Ali membawa anak-anaknya ke rumah Rasulullah SAWA. Rasulullah SAWA berasa sedih melihat keadaan cucunya itu. Ali AS membawa Rasulullah SAWA ke rumah mereka. Sampai di sana Rasulullah SAWA melihat Fatimah AH sedang berdoa dengan keadaan yang amat lemah. Rasulullah SAWA berasa amat sedih. Turun malaikat Jibril berkata kepada beliau SAWA," Wahai Muhammad ambillah dia (Fatimah). Allah memberikan tahniah pada Ahl Bayt kamu." Lalu Jibril membacakan ayat tersebut.[Al-Hakim al-Haskani, Shawahid al-Tanzil, jld.II, hlm.298; al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, jld.XXIX, hlm.157; Fakhur al-Razi, Jild.XIII, hlm.395]

Rasulullah SAWA bersabda yang bermaksud:

" Fatimah adalah sebahagian daripadaku. Barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [a-Bukhari, Jilid II, hlm.185]

Imam Ali al-Redha AS berkata bahawa Rasulullah SAWA bersabda bermaksud:

" Hasan AS dan Husayn AS adalah makhluk yang terbaik di dunia selepasku dan selepas bapa mereka (Ali AS) dan ibu mereka (Fatimah AH) adalah wanita yang terbaik di kalangan semua wanita."[Bihar, Jilid 43, hlm. 19 dan 20]

Dari Imam Ali AS dari Rasulullah SAWA berkata kepada Fatimah AH bermaksud:

" Sesungguhnnya Allah marah kerana kemarahanmu dan redha kerana keredhaanmu." [Mustadrak al-sohihain, juzuk 3, hlm152]

Dari Aisyah berkata bahawa:

" Tidak pernah aku melihat seorang pun yang lebih benar dalam berhujah daripadanya melainkan ayahnya (Rasulullah SAWA)."[Mustadrak al-Sohihain, Juzuk 3, hlm.160]

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadith dari Aisyah berkata bahawa Rasulullah SAWA bersabda:

".....Tidakkah engkau redha (wahai Fatimah) bahawa engkau adalah saidati-nisa fil-Jannah(pemimpin wanita di syurga) atau pemimpin wanita seluruh alam..." [Sahih Bukhari, Jld. IV, hadith 819]

Dalam hadith yang lain al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah sebuah hadith yang panjang dan di sini dinyatakan sebahagiannya:

"....Wahai Fatimah! Tidakkah engkau redha bahawa engkau adalah saidati-nisa il-mu'minin (pemimpin wanita mu'minin) atau saidanti-nisa-i hadzhihi il-ummah (pemimpin wanita umah ini)?"[Al-Bukhari, Jilid 8, hadith 301]

Al-Bukhari meriwayatkan hadith dari Imam Ali AS bahawa pada suatu ketika Fatimah AH mengadu tentang kesusahannya mengisar tepung. Apabila beliau AH mendengar berita ada beberapa orang hamba dari rampasan perang telah dibawa kepada Rasulullah SAWA, beliau AH lalu pergi (ke rumah Rasulullah SAWA) untuk menemui baginda SAWA bagi mendapatkan pembantu tersebut, tetapi pada ketika itu (Rasulullah SAWA tidak ada di rumah) Aisyah tidak dapat mencari baginda SAWA. Lalu Fatimah menceritakan hasratnya kepada Aisyah. Apabila Rasulullah SAWA pulang, Aisyah menyatakan kepadanya perkara tersebut. Rasulullah SAWA kemudian pergi ke rumah kami....Mahukan kamu aku nyatakan suatu perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu hendak masuk ke tempat tidurmu, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Subhan Allah 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu pohonkan."[ Al-Bukhari, Jld. VI, hadith 344]

Amru bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata:

" Tidak pernah aku melihat seseorang pun yang lebih benar daripada Fatimah salamullah 'alaiha selain daripada ayahnya."[Hilyatul-awliya, Juzuk 2, hlm. 41]

Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah SAWA bersabda yang bermaksud:

"Pada malam aku diangkat ke langit (mi'raj), aku melihat di pintu syurga tertulis bahawa Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah, Allah mengasihiku, dan Hasan, dan Husayn sofwatullah (sari yang terbaik dari Allah) , Fatimah Khiratullah (sesuatu yang terbaik dari pilihan Allah), laknatullah ke atas mereka yang membenci mereka."[Tarikh al-Baghdadi, Juzuk 1, hlm. 259]

Fatimah al-Zahra AH mempunyai sifat-sifat berikut seperti ayahnya dan suaminya serta anggota keluarganya :(1) menemukan jalan yang benar (ihtida') (2) mentaati prinsip-prinsip Islam (iqtida'), dan (3) berpegang teguh serta menyakini kewajipan-kewajipannya (tamassuk)." [ Nasa'i dalam Khashais Alawiyyah]

Kezuhudan Fathimah as

Imam Hasan AS meriwayatkan," Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya menjadi bengkak." Imam Hasan AS juga meriwayatkan:

" Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumaat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar beliau AH berdoa untuk kaum mu'minin dan mu'minah dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH tidak berdoa untuk dirinya sendiri. "Ibu," Aku bertanya kepada beliau AH. "Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang lain?" Beliau menjawab," Anakku, (berdoalah) untuk jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri."[Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169;Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah, Juzuk 13, hlm.45]

Asma' binti Umays meriwayatkan:

" Pada suatu ketika aku sedang duduk-duduk bersama Fatimah AH apabila Nabi SAWA datang. Beliau SAWA melihat Fatimah AH memakai rantai di lehernya yang telah diberikan oleh Ali bin Abi Talib AS dari bahagiannya yang diambil daripada harta rampasan perang." Anakku", beliau SAWA berkata, " Janganlah tertipu dengan apa yang orang katakan. Anda adalah Fatimah puteri Muhammad, anda memakai barang perhiasan (yang menjadi kesukaan) orang-orang yang bongkak." Beliau AH serta-merta melucutkan rantainya pada ketika itu juga dan menjualnya. Dengan wang dari jualan tersebut, beliau AH membeli dan kemudian membebaskan seorang hamba lelaki. Apabila Rasulullah SAWA mendengar apa yang beliau AH lakukan, beliau SAWA berasa gembira dan mendoakan rahmat kepada Imam Ali AS.

[Al-Hakim, Al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm. 152; Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81]

Fathimah az-Zahra Pemimpin Wanita di Surga

Fatimah al-Zahra as (ucapan Alaiha Salam silahkan rujuk misalnya dalam Sahih Bukhari, Juzuk 5, hadith 368, dan 546)adalah puteri Rasulullah SAWA. Ibunya Khadijah adalah isteri Rasulullah SAWA yang pertama dan amat dikasihinya. Tentang Khadijah, Rasulullah SAWApernah bersabda yang bermaksud: "Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun." [Muhibuddin al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba fi Manaqib Dhawi al-Qurba, hl.42; Al-Hakim alam al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm.157].

Fatimah AH mempunyai nama-nama timangan seperti Ummal Hasan, Ummal Husayn, Ummal Muhsin, Ummal A'immah dan Umma Abiha [Bihar al-Anwar' Juzuk 43, hlm.16]

Rasulullah SAWA menggelarkannya Fatimah AH sebagai "Ummu Abiha" bermaksud ibu kepada ayahnya. Ini kerana Fatimah AH sentiasa mengambil berat tentang ayahandanya yang dikasihi itu. Selain daripada itu gelaran-gelaran lain ialah Zahra, Batul, Siddiqah Kubra Mubarakah, Adhra, Tahirah, dan Sayyidah al-Nisa [Bihar al-Anwar, Juzuk 43, hlmn.16]

Fatimah dilahirkan pada 20 Jamadil Akhir di Mekah yaitu pada Hari Juma'at, tahun kelima selepas kerasulan Nabi Muhammad SAWA [Manaqib Ibn Shahrashub, (Najaf), Juzuk 3, hlm.132; al-Kulaini, al-Kafi; Misbah al-Kaf'ami; Syeikh al-Mufid, Iqbal al-Amal]. Tempat beliau dilahirkan ialah di rumah ayahanda dan ibundanya iaitu Rasulullah SAWA dan Khadijah ak-Kubra. Beliau AH wafat pada tahun ke-11 hijrah iaitu selepas enam bulan kewafatan ayahandanya Rasulullah SAWA [al-Bukhari, Sahih, Juzuk 5, Hadith 546]

Kelahiran Fatimah AH amat menggembirakan Rasulullah SAWA. Beliau SAWA bersabda tentang Fatimah AH: " Dia adalah daripadaku dan aku mencium bau syurga dari kehadirannya."[Kasyf al-Qummah, Juzuk 2, hlm.24].

Mengapa diberkan Nama Fatimah? Menurut Imam Ali al-Ridha AS nama "Fatimah" diberikan oleh Rasulullah SAWA Fatimah AH dan para pengikutnya terpelihara dari api neraka. Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata: " Rasulullah SAWA bersabda kepada Ali AS: Tahukah kamu nama mengapa nama Fatimah diberikan kepadanya? Ali menjawab: Mengapa dia diberikan nama itu? Dia (Rasulullah SAWA) bersabda: Kerana dia dan shiahnya akan diperlihara dari api neraka."

Ketika masih berumur dua tahun Fatimah AH turut bersama-sama ayahanda dan bondanya di perkampungan Shi'bi Abi Talib kerana di boikot oleh masyarakat Mekah. Kemudian pada tahun ke sepuluh kerasulan, bondanya Khadijah pula meninggal dunia. Peristiwa ini menjadikan Fatimah banyak bergantung hidup kepada ayahandanya Muhammad Rasulullah SAWA.

Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Fatimah AH bersama-sama dengan rombongannya iaitu Fatimah binti Asad bin Hashim iaitu ibu kepada Imam Ali AS, Fatimah binti al-Zubair bin Abdul Muttalib,Fatimah binti Hamzah, dan juga Ayman dan Abu Waqid al-Laithi berhijrah ke Madinah. Rasulullah SAWA telah sampai dahulu di Quba, Madinah. Sebelum meninggalkan Mekah Rasulullah SAWA telah mengarahkan Ali bin Abi Talib supaya menyusul bersama keluarganya kemudian. Justeru, rombongan hijrah tersebut diketuai oleh Ali bin Abi Talib AS.

Sikap Rasulullah terhadap Fathimah as

Rasulullah mengaitkan Fatimah AH dengan dirinya SAWA. Justru Rasulullah SAWA bersabda yang bermaksud:

" Fatimah adalah daripadaku dan barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [Al-Bukhari, Jilid V, hadith 111]

Ketika berpergian, Fatimah AH adalah orang yang paling akhir beliau SAWA mengucapkan selamat tinggal, dan ketika pulang dia (Fatimah AH) adalah orang yang pertama yang ditemui oleh ayahnya SAWA. [Bihar, Jilid 43, hlm.39-40; Ahmad bin Hanbal, Musnad, Juzuk 5, hlm.275; Al-Baihaqi, Sunan, Juzuk 1, hlm.26].

Imam Ali AS suatu ketika bertanya kepada Rasulullah SAWA:

" Wahai Rasulullah! Siapakah di kalangan keluargamu yang paling dekat denganmu? Fatimah binti Muhammad," jawab baginda SAWA.

[Al-Tabari, Dhakair al-Uqba; Al-Tirmidzi, Sunan. hlm.549; Al-Mustadrak, Jilid 3, hlm.21 dan 154]

Kamis, 01 Januari 2009

BAHTERA NABI NUH


safeena2.jpgbahtera-nabi-nuh.jpg

SAIDATANA KHADIJAH AL - KUBRA



Khadijah, istri pertama Muhammad Al-Musthafa SAW,utusan Allah SWT-semoga Allah memberkahinya, juga Ahlul Baitnya- serta seorang Mukmin pertama, adalah seorang yang memiliki kepribadian yang mengagumkan. Ia memainkan peran yang gemilang dalam sejarah perkembangan Islam. Dia,bersama dengan Abu Thalib,adalah satu dari dua orang yang memberikan sumbangan terbesar bagi Islam dan kaum Muslim. Pada awal ketika Islam berada di bawah tekanan yang takkunjung padam, dan selama tiga tahun lamanya dalam pengepungan dan pemboikotan dari kaum Quraisy, terutama oleh Bani Umayah terhadap Bani Hasyim dan Bani Thalib.

Beliau (Khadijah) dan Abu Thalib (yang mengasuh Nabi dari kecil) mengerahkan segalanya,dengan pengorbanan yang luar biasa.Keteguhan dan kegigihan,visi, serta keimanannya yang kuat,kepada Allah SWT dan kepada Muhammad Al-Musthafa SAW, Rasul-Nya yang terakhir dan termulia,sangat diperlukan sebagai dukungan atas Islam, sepanjang sepuluh tahun pertama keberadaanya.

baca selanjutnya

Khadijah lahir di Mekah , Ia adalah putrid Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusay. Sedang Nabi SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusay. Jadi keduanya masih dari satu garis keturunan Qusay.

Khuwailid,ayah Khadijah, adalah, seperti kebanyakan anggota suku Quraisy Mekah, juga seorang soudagar. Setelah meninggalnya sang ayah,Khadijah mengurusi bisnis keluarga, dan dengan cepat mengembangkannya. Dengan keuntungan yang didapatnya, ia menolong kaum papa, para janda, anak-anak yatim, orang-orang sakit dan cacat. Kalau ada gadis-gadis miskin, Khadijah menikahkan mereka, dan memberikan mahar untuk mereka.

Khadijah sendiri adalah orang yang lebih senang tinggaldi rumah,sedangkan saudara-saudara serta para sepupunya pun tidak menunjukkan ketertarikan untukmelakukan perjalanan bersama kafilah dagang.Karenanya, dia merekrut seorang agen manakala kafilah telah siap berangkat, ia merupakan seorang pedagang terkaya di Mekah.

Ibnu Sa’ad dalam kitab Tabaqat mengatakan bahwa kapan pun kafilah-kafilah Mekah berangkat dalamperjalanan mereka, muatan milik Khadijah setara dengan milik seluruh pedagang Quraisy lainnya. Dia memiliki ungkapan “sentuhan emas”,yaitu manakala ia menyentuh debu maka debu itu niscaya akan berubah menjadi emas. Sebab itulah penduduk Mekah memberinya julukan “Putri Quraisy” (The Princess of Quraisy).Mereka juga menyebutnya “Putri Mekah” (The Princess of Makka).

Seluruh jazirah Arab merupakan masyarakat yang didominasi laki-laki. Perempuan tidak memeliki kehormatan,bagaiman apun hebatnya ia. Banyak orang Arab meyakini bahwa perempuan adalah pembawa sial, mereka memperlakukan perempuan lebih seperti binatang ternak daripada layaknya manusia. Dalam banyak kasus, mereka membunuh bayi perempuan mereka karena ketakutan mereka, bahwa ia akan menjadi tawanan dalam perang antarsuku, dan karenanya, menjadi budak musuh, dan statusnya sebagai budak akan membuat hina keluarga dan sukunya. Mereka membunuhnya dengan alasan takut miskin. Islam menetapkan pembunuhan terhadap bayi perempuan sebagai kejahatan besar.

Allah berfirman,

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar” (QS Al-Isra : 31)

Selain dua gelar tadi, lebih menabjukan lagi, Khadijah juga mendapat julukan ath-Thahirah artinya “Yang Suci. Hebatnya, gelar itu diberikan oleh bangsa Arab, orang-orang yang tersohor dengan keangkuhannya, kesombongannya dan fanatisme keunggulan kaum laki-lakinya. Tetapi, akhlak Khadijah merupakan teladan yang demikian konsisten, sehingga berhasil mendapat pengakuan dari mereka dan memanggilnya “Yang Suci”.

Orang Arab memanggilnya PutriMekah karena kekayaannya, dan mereka memanggil ath-Thahirah disebabkan reputasinya yang suci, wanita yang berbudi luhur,pribadi yang mulia. Oleh karena itu,maka tidak dapat dielakan lagi bahwa Khadijah menarik perhatian para tokoh dan pemuka Arab. Banyak dari mereka yang mengajukan lamaran kepadanya. Akan tetapi, ia tidak mengindahkannya. Tidak putus asa dengan penolakannya, mereka mencari laki-laki ataupun wanita yang berpengaruh dan memeiliki wibawa untuk menjadi perantara bagi mereka dengannya.

Penolakan Khadijah untuk menerima lamaran pernikahan yang diajukan oleh para petinggi dan penguasa tanah Arab menimbulkan banyak spekulasi laki-laki,seperti apakah yang ia inginkan? Akan tetapi, sang nasib mengetahui jawabannya ; ia akan menikah dengan seseorang yang tidak hanya terbaik di seluruh tanah Arab,tapi juga terunggul dan termulia dari seluruh penciptaan.

Pada awal tahun 595 M, para pedagang Mekah mengumpulkan kafilah musim panas mereka agar membawa dagangan merekake Syiria. Khadijah juga telah menyiapkan barang dagangannya, akan tetapi ia tidakmendapati seorang laki-laki yang akan berwenang sebagai agennya. Beberapa anam telah disarnkan padanya, namun ia tidak puas.

Melalui beberapa kolega di serikat dagang Mekah,Abu Thalib mengetahui bahwa Khadijah sedang membutuhkan seorang agen untuk membawa barangnya bersama kafilah ke Syiria. Terpikir oleh Abu Thalib bahwa kemenakannya, Muhammad yang berusia 25 tahun,cocok untuk pekerjaan tersebut.Ia tahu bahwa Muhammad tidakmempuinyai pengalaman sebagai agen, tetapi ia pun tahu bahwa Muhammad akan lebih darimengejar kekurangannya tersebut dengan bakat yang dimilikinya, ia yakin dengan kemampuan dan kapasitas kemenakannya.

Karenanya, dengan tanpa persetujuan Muhammad, Abu Thalib menemui Khadijah. Seperti kebanyakan penduduk Mekah lainnya,Khadijah juga telah mendengar tentang integritas Muhammad, orang-orang Mekah menyebutnya ash-Shadiq dan al-Amin. Ia merasa dapat mempercayai Muhammad secara lahir maupun bathin. Ia pun segera setuju untuk menunjuk Muhammad sebagai agennya. Ia mengutus budaknya Maisarah seorang musafir berpengalaman agar bersama Muhammad untuk membantunya dalam tugas tersebut.

Setelah hamper sebulan, kafilah tiba di Syria . Setelah beristirahat, mereka menjualya di pasar, sebagian dijual dengan tunai segaian lagi dengan caraq barter dengan barang lainnya. Akhirnya, ketika seluruh transaksi penjualan dan pembelian telah selesai, kafi;ahpun kembali ke Mekah.

Kedatangan sebuah kafilah selalu membuat kegembiraan siisi kota . Sebagaimana kebiasaan lama para saudagar dan agen berbagai kafilah tersebut juga mambawa pulang pemberian serta oleh-oleh utuk kerabat da sahabat. Setiap orang berhasrat melihat buah tagan yang mempesona di depan mata mereka, yakni berbagai kekayaan Syria serta kemewahan kekaisaran Persia dan Romawi.

Setelah memasuki Mekah, pertma-tama, Muhammad pergi ke pelataran Kab’ah di mana ia melakukan tawaf, kemudian pergi menemui Khadijah. Ia berikan detil laporan perjalanan serta trasaksi yang ia jalankan atas namanya. Maisarah, budak Khadijah memiliki cerita sendiri untuk diberitahukan pada Khadijah. Namun baginya jauh lebih menarik keberhasilan misi perniagaan tersebut, ialah karakter dan kepribadian Muhammad sebagai pegusaha. Ia katakana bahwa perhitungan Muhammad jitu, penilaiannya sempurna dan persepsinya tepat. Ia juga menyebutkan keramahan, kesopanan serta kerendahan hatinya Muhammad.

Khadijah tertarik pada cerita Maisarah, dan ia mengajukan banyak pertanyaan padanya perihal agen barunya, Muhammad. Tampak bahwa charisma dan kecakapan Muhammad telah memikat hati Khadijah, seperti Maisarah, ia pun menjadi pengagumnya.

PERNIKAHAN KHADIJAH

Ekspedisi perniagaan Muhammad ke Syria menjadi pembuka pernikahannya dengan Khadijah. Diceritakan bahwa salah seorang teman karib Khadijah adalah seorang perempua bangsawan dari Mekah bernama Nafisah (atau Nufaisaa) putrid Munyah. Ia tahu bahwa Khadijah telah menolak bayak lamaran. Pertama-tama. Ia bertanya kepada Khadijah apakah ada seorang lelaki di tanah Arab yang memenuhi standarya. Akhirnya, telah ia dapati bahwa Khadijah tidak terkesan dengan kekayaan atau kedudukan ataupun kekuasaan seseorang. Yang menjadi menarik untuk Khadijah adalah akhlak, sebuah akhlak luhur dan mulian, hanya tertarik kepada orang yang memiliki etika dan prinsip-prinsip moralitas.

Nafisah juga telah mengetahui bahwa ada seorang laki-laki yag tinggal di Mekah dan namanya adalah Muhammad. Diceritakan bahwa suatu hari Muhammad pulang dari Ka’bah sewaktu Nafisah menghentikannya, dan percakapan berikut terjadi di antara mereka :

Nafisah : “Wahai Muhammad, engkau seorang pemuda dan masih lajang. Laki-laki yang jauh lebih muda darimu telah meikah, beberapa bhakan telah memiliki anak. Maka mengapa engkau tidak menikah ?”

Muhammad : “Aku ak mampu menikah. Aku tidak cukup kaya untuk menikah”

Nafisah : “Apa pendapatmu seandainya engkau dapat menikah dengan seseorang perempuan cantik, kaya, berkedudukan dan mulia, tanpa mempedulikan kemiskinanmu?”

Muhammad : “Siapakah kiranya wanita itu ?”

Nafisah : ”Wanita itu adalah Khadijah putrid Khuwailid.”

Muhammad : “Khadijah ? Bagaimana mugkin Khadijah mau menikah denganku ? Engkau tahu bahwa banyak pemuka Arab yag kaya serta berkuasa, juga para ketua suku yang melamarnya, namun Khadijah menolak mereka”

Nafisah : ” Jika engkau mau menikah dengannya, katakana saja, dan serahkan selebihya kepadaku. Akan aku atur segalanya.”

Muhammad pun memberitahukan pada pamannya Abu Thalib, serta meminta saran beliau sebelum memberikan jawabannya. Segera setelah Abu Thalib menyetujui perjodohan tersebut, ia mengutus Safiyah saudaranya untuk berbicara seputar lamaran, sampai akhirya ke jenjang pernikahan.

Pidato Abu Thalib saat pernikahan dan sebagai wali mempelai pria : “Segala puja dan puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, dan syukur kepada-Nya untuk semua keberkahan, kemurahan, dan kasih-Nya. Dia mengirim kita ke dunia ini sebagai keurunan Ibrahim dan Ismail. Dia m,emberi kita wewenang atas masjid dan menjadikan kita penjaga-penjaga rumah-Nya, Ka’bah, yang aman dan suci bagi seluruh makhluk-makhluk- Nya.

Keponakanku, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, adalah orag terbaik di kalangan manusia karena kecerdasannya, kebijaksanaannya, kesucian keturunannya, kesucian kehidupan pribadinya, serta kehormatan keluarganya. Dia memiliki seluruh tanda-tanda untuk ditakdirkan menjadi orag besar. Dia meikahi Khadijah putrid Khuwailid degan mahar 400 dirham emas. Aku nyatakan Muhammad dan Khadijah sebagai suami istri. Semoga Allah memberkahi mereka berdua”

Waraqah bin Naufal berdiri membacakan pidato pernikahan atas nama mempelai wanita : “Segala puja dan puji bagi Allah. Kami menyaksikan dan membenarkan bahwasanya Bani Hasyim sebagaimana yang telah engkau katakana. Tidak ada yang menolak keutamaan mereka, kami menginginkan pernikahan Khadijah dan Muhammad. Pernikahan mereka menyatukan dua rumah kita, dan bersatunya mereka merupakan sumber kebahagiaan besar bagi kita. Wahai penguasa Mekah, aku ingin kalian bersaksi bahwa aku menyerahkan Khadijah kepada Muhammad bin Abdullah dengan mahar 400 dirham emas. Semoga Allah SWT membuat pernikahan mereka bahagia”

Pernikahan Muhammad dan Khadijah tersebut adalah yang pertama dan terakhir di dunia ini. Ia adalah satu-satunya pernikahan di seluruh dunia yang mendapat berkah dari langit dan juga keberkahan materi. Ia merupakan pernikahan yang tak terhitung dan terukurkan banyaknya keberkahan, baik dari langit maupun bumi.

Ketika “Putri Mekah” memasuki rumah suaminya, Muhammad al-Musthafa, fase dalam kehidupannya yang paling indah dan sukses dimulai. Fase ini berlangsung selam 25 tahun, sampai saat ajal menjeputnya. Ia segera menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Sejak hari pertama, ia menangani tugas barunya untuk membuat hidup suaminya senang dan bahagia. Dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, ia sangat berhasil, sebagaimana sejarah pada masa-masa kemudian dengan fasih menyaksikannya.

Pernikahan membuka babak baru yag baik bagi Muhammad dan Khadijah dalam kehidupan mereka. Ide utama dari babak ini adalah kebahagiaan, suatu kebahagiaan yag paling murni. Pernikahan yang diberkahi kebahagiaan tersebut juga ditambah dengan berkah adanya anak-anak. Anak pertama yang lahir bernama Qasim. Setelah kelahiran Qasim, sang ayah pun dipanggil “Abul Qasim”, sebagaimana kebiasaan orang Arab.

Anak kedua juga seorang laki-laki. Namanya adalah Abdullah. Muhammad memanggil mereka Thahir dan Tayyib. Baik Qasim maupun Abdullah meninggal ketika masih bayi.

Anak Muhammad dan Khadijah yang ketiga dan terakhir sekaligus satu-satunya yang bertahan hidup adalah Fathimah Az-Zahra. Sekalipun banyak pemberian dari Allah SWT atas mereka, tak ada yang lebih berharga dari putinya. Ia merupakan cahaya mata ayahnya, dan ia adalah penghibur hatinya, ia juga merupakan wanita surga. Ayah dan ibunya menabur kecintaan mereka atasnya, dan ia membawa harapan dan kebahagiaan serta keberkahan dan kasih dari Allah SWT ke dalam rumah mereka.

Celaka Kalian! Celaka Kalian! Wahai Yahudi! Tentara Muhammad Pasti Kembali!


Janji Pertama:

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”.

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (QS 17: 4-5)

Janji Pertama Allah sudah terlaksana dan si Penghukum Sadis ini sudah menyiksa kaum Yahudi, bahkan bukan hanya di kampung halaman mereka sendiri, tapi hingga ke seluruh pelosok dunia. Mau lihat siapa orangnya?

Adolf Hitler

Adolf Hitler

Janji Kedua:

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” (QS. 17: 6)

Janji inipun sudah terlaksana. Karena tak berapa lama setelah si Penghukum Sadis ini berhasil mereka kalahkan, bangsa Israel pun akhirnya diizinkan oleh Tuhan untuk menang dan bangkit. Dan setelah hampir dua setengah milenium bangsa Israel tidak memiliki negara dan hidup luntang-lantung, kini bangsa Israel sudah memiliki negara, kekuatan, harta, dan pendukung dari kalangan Jewish-Christian dan Jewish-Moslem.

Tak lama setelah kehancuran Nazi, David Ben Gurion memproklamirkan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948

Tak lama setelah kehancuran Nazi, David Ben Gurion memproklamirkan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948

Di samping itu, saat ini kaum Zionis (baik keturunan biologis Israel maupun bukan) telah menguasai hampir seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh dunia, dari penguasaan mereka terhadap media, perbankan dan keuangan, militer, perdagangan, teknologi dan lain sebagainya.

Saat Ini Adalah Kesempatan Terakhir Israel Untuk Bertaubat:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” (QS. 17:7)

Saat ini adalah momen dan kesempatan yang Allah berikan kepada bangsa Israel untuk bertaubat dan kembali ke Jalan Tuhan. Pilihan itu sudah Allah Swt berikan. Seandainya dengan kekuatan dan kekuasaan yang Allah berikan saat ini kepada mereka itu digunakan untuk berbuat kebaikan kepada sesama manusia, maka mereka sendirilah yang akan menikmati hasil kebaikannya. Namun jika karunia itu mereka salahgunakan dengan–sekali lagi–membuat kerusakan di muka bumi, maka Janji Allah yang kedua pasti akan terlaksana. D salam Al-Qur’an Allah sudah mengisyaratkan bahwa bangsa ini tidak akan berbuat kebaikan, dan bahkan sebaliknya mereka akan semakin menyombongkan diri dan membuat kerusakan di muka bumi sehingga pada akhirnya akan terlaksanalah janji Allah Swt yang kedua.

Akan Terlasananya Janji Allah Yang Kedua Sebentar Lagi:

Apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (QS. 17:7)

Apabila sudah matang/genapnya kejahatan Israel yang kedua dengan membuat berbagai kerusakan di muka bumi ini, maka Allah Swt berjanji akan membangkit suatu bangsa yang pada masa lalu, juga pernah mengalahkan dan memperbudak bangsa Israel, yaitu bangsa Persia. Jadi jangan heran kalau saat ini Israel sudah kebakaran jenggot dengan kemajuan bangsa Iran!

Iran Adalah Satu-satunya Negara Islam Yang Bikin Nyali Israel Kecut!

Pemimpin Iran sedang Menginspeksi Batalyon Teladan Asyura dan Az-Zahra

Rahbar sedang Menginspeksi Batalyon Teladan Asyura dan Az-Zahra

4)

"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. 61:4)

173)

"Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang." (QS. 37:173)

Batalyon Zahra

Batalyon Zahra

Kalau mau membaca kajian nubuat-nubuat Qur’an yang saya kutip di atas lebih jauh, silahkan baca sendiri buku Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oke … :) Di buku itu, penjelasannya lebih detil.

Melihat dari nubuat-nubuat yang ada, sangat mungkin beberapa tahun lagi (barangkali sekitar 3 tahun lagi–atau sekitar tahun 2011 atau mungkin juga lebih cepat. Wallahu’alam) akan terjadi perang terbuka antara Iran dan Israel bersama sekutunya. Dan selama masa-masa ini, berbagai fitnah akan terjadi di berbagai pelosok dunia, karena masa penderitaan bagi umat Muslim sedang berjalan. Saran saya, perbanyaklah solat, berzikir, berdoa, bertawasul, dan pegang erat-eratlah Al-Qur’an kalau tidak mau binasa.

Foto-foto militer Iran ini saya copy-paste dari situs Saudari Ifadah Amalia. Kalau mau melihat foto-foto tersebut selengkapnya, silahkan mampir saja ke situsnya.